Ubah Kultur Bisnis dengan Pendekatan Psikologis

Di banyak perusahaan multinasional, orang Indonesia kerap kali tidak dipercaya untuk memangku tanggungjawab lebih besar atau jabatan lebih tinggi.

7 Mei 2021 - 01.26
A-
A+
Ubah Kultur Bisnis dengan Pendekatan Psikologis

Ilustrasi/Careerealism

Bisnis, JAKARTA — Siap tidak siap, setiap individu di Indonesia telah terseret ke dalam ganasnya pusaran pasar bebas di Asia Tenggara. Itulah sebabnya, berkali-kali pemerintah menggaungkan kampanye agar seluruh warga Tanah Air berpacu meningkatkan kompetensi dan daya saingnya.

Sayangnya, imbauan itu ibarat ‘masuk kuping kanan, keluar kuping kiri’ bagi sebagian orang. Masih banyak kalangan yang ogah membenahi diri untuk menjadi lebih kompetitif dalam dunia bisnis. Toh, pesaing mereka kini tidak hanya datang dari dalam negeri saja.

Pola pikir seperti itulah yang menyebabkan banyak orang Indonesia sulit memajukan bisnisnya dan kalah saing dibandingkan warga negara lain. Sebagai individu, tenaga kerja dari Indonesia juga masih lekat dengan stereotipe mau enaknya saja dan kurang disiplin.  

Bahkan, di banyak perusahaan multinasional, orang Indonesia kerap kali tidak dipercaya untuk memangku tanggungjawab lebih besar atau jabatan lebih tinggi. Lalu, bagaimana sebenarnya cara untuk mengubah  mindset orang Indonesia di tengah persaingan pasar bebas?

Founder Industrial and Organizational Club (IOC) Wustari L.H. Mangundjaya berpendapat salah satu cara sederhana yang bisa diterapkan secara efektif adalah melalui pendekatan psikologis untuk mengubah mindset seseorang dalam berbisnis dan berorganisasi.

Menurutnya, sebenarnya banyak orang Indonesia yang sudah memiliki kemampuan (skill) dan keahlian (expertise) mumpuni di dunia bisnis. Makin lama, jumlah tenaga terdidik di Tanah Air terus bertumbuh.

“Dari segi hard skill, orang Indonesia tidak kalah dengan negara-negara lain. Ada banyak tenaga terdidik di sini. Permasalahan bukan dari persoalan teknis, tapu justru pada soft skill-nya,” kata perempuan yang akrab disapa Iwus itu.

Permasalahan soft skill tersebut terutama menyangkut sikap, etos, dan disiplin kerja. Iwus berkata selama ini banyak perusahaan besar yang enggan mempekerjakan orang Indonesia karena terkenal bermasalah dengan kedisiplinan.

“Banyak orang Indonesia yang kalau datang ke kantor, ke acara, atau ke rapat selalu terlambat. Setibanya di kantor pun, mereka tidak langsung siap kerja, tapi leyeh-leyeh atau santai dulu. Efektivitas mereka sebagai pekerja dinilai rendah,” jelasnya.

Selain itu, di dunia bisnis, orang Indonesia terkenal masih kurang dalam memberikan pelayanan terbaik. Rerata orang Indonesia juga dikenal kurang fasih berbahasa asing serta kurang percaya terhadap kemampuannya sendiri.

“Berdasarkan observasi saya di 35 negara, orang Indonesia itu memiliki masalah lack of conficence dan penguasaan bahasa asingnya kurang. Kalau kita bisa mengatasi dua hal itu, kita bisa seperti India. Mereka adalah bangsa yang percaya dirinya inggi,” sebutnya.

Karena permasalahan orang Indonesia di dunia bisnis lebih pada areal soft skill, Iwus berpendapat cara yang paling tepat untuk mengatasinya adalah dengan pendekatan psikologis. Misalnya, melalui pelatihan atau coaching clinic.

UBAH PEMIKIRAN

Pendekatan psikologis di dalam berbisnis dan berorganisasi bisa dilakukan dengan cara sederhana yang dimulai dari hal kecil. Misalnya, datang kerja tepat waktu atau menyelesaikan tugas dengan baik sesuai tenggat yang ditentukan.

Selain itu, harus ada upaya untuk mengubah pemikiran (mindset) agar bisa memberikan yang terbaik di tengah kompetisi dunia usaha yang kian ketat. Upaya itu harus dilakukan mulai dari jajaran pemimpin/atasan hingga pegawai/staf.

“Mengubah mindset bukan hal yang mudah, tapi itu harus dilakukan. Mulailah dari diri sendiri. Kita bisa menjadi role model untuk diri kita sendiri dulu, baru mencoba untuk memengaruhi orang-orang terdekat kita dan membantu mereka mengubah pola pikir.”

CEO PT XL Axiata Tbk. (EXCL) Dian Siswarini mengatakan pendekatan psikologis di dalam dunia bisnis dan organisasi dapat mengubah perilaku tidak hanya pekerja dan perusahaan, tetapi juga konsumen.

“Di era digital seperti saat ini, pendekatan emosional yang humanis masih sangat dibutuhkan di dalam dunia usaha. Dengan pendekatan tersebut, kultur bisnis pun dapat berubah menjadi lebih sehat, sehingga secara tidak langsung berimbas pada pendapatan perusahaan,” jelasnya.

Dengan menggunakan pendekatan psikologis, lanjutnya, perusahaan pun bisa membantu para pekerjanya untuk mengubah pola pikir mereka agar lebih cepat beradaptasi dengan perubahan dan tantangan. Dengan demikian, setiap individu pun terdorong untuk lebih kompetitif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.