19 KEK Berhasil Pikat Komitmen Investasi Nyaris Rp93 Triliun

Dari 19 kawasan ekonomi khusus atau KEK yang dikembangkan, sebanyak 11 di antaranya merupakan KEK industri sedangkan sisanya KEK pariwisata.

Reni Lestari

6 Des 2021 - 17.09
A-
A+
19 KEK Berhasil Pikat Komitmen Investasi Nyaris Rp93 Triliun

Pemandangan infrastruktur Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Arun dari atas ketinggian bukit Desa Panyang, Kecamatan Muara Satu, Lhokseumawe, Aceh, Kamis (3/1/2019)./ANTARA-Rahmad

Bisnis, JAKARTA — Pemerintah mengunci komitmen investasi sejumlah Rp92,9 triliun untuk pengembangan 19 kawasan ekonomi khusus. Dari nilai tersebut, penanaman modal yang telah terealisasi mencapai Rp54,4 triliun.

Sementara itu, dari 19 kawasan ekonomi khusus (KEK) yang dikembangkan tersebut, sebanyak 11 di antaranya merupakan KEK industri sedangkan sisanya KEK pariwisata.

Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan, dan Akses Industri Internasional (KPAII) Kementerian Perindustrian  Eko Cahyanto menyebutkan delapan KEK yang telah beroperasi antara lain KEK Arun Lhokseumawe, KEK Sei Mangkei, dan KEK Galang Batang.

(BACA JUGA: Memutus Dependensi Bahan Baku Impor di Industri Mamin)

Lalu, KEK Kendal, KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK), KEK Palu, KEK Bitung, dan KEK Sorong.

Sebanyak tiga KEK lainnya masih dalam tahap pembangunan, yaitu KEK Batam Aero Technic (BAT), KEK Tanjung Apiapi, dan KEK Gresik.

"Investasi terbesar diterima KEK Galang Batang dengan jumlah Rp12,8 triliun, disusul oleh KEK Sei Mangkei senilai Rp5,2 triliun, dan KEK Kendal sejumlah Rp2 triliun," kata Eko, Senin (6/12/2021).

(BACA JUGA: Pabrikan Alas Kaki Jaga Momentum Penguatan Ekspor)

Pada tahun lalu, nilai ekspor dari KEK Sei Mangkei mencapai Rp5,18 triliun. Angka ini terus bertambah seiring dengan berlanjutnya produksi oleokimia dari kawasan tersebut. Adapun, KEK Palu mencatat pendapatan ekspor senilai Rp79,9 miliar.

Nilai komitmen tersebut kian bertambah dengan hadirnya investasi PT Freeport Indonesia (PTFI) di Kawasan Industri Gresik yang telah melaksanakan ground breaking pada 11 Oktober 2021.

Dengan nilai investasi pembangunan smelter mencapai Rp42 triliun, PTFI melakukan pembangunan fasilitas pemurnian tembaga baru dengan desain kapasitas single line terbesar di dunia.

Fasilitas tersebut dirancang untuk mampu mengolah 1,7 juta ton konsentrat tembaga per tahun dan menyerap sebanyak 40.000 tenaga kerja.

"Namun, smelter tersebut memerlukan pasokan gas yang stabil dan harga yang kompetitif yang telah disediakan oleh Java Integrated Industrial and Port Estate [JIIPE] sebagai pengelola kawasan industri," ujar Eko.

Bahkan, produk samping berupa asam sulfat, terak tembaga, dan gipsum, akan dipakai ulang sebagai bahan baku atau bahan penolong bagi industri pupuk di kawasan industri JIIPE Gresik.  

"Artinya, seluruh alur rantai produksi akan tercipta di dalam kawasan industri JIIPE dan bermanfaat luas bagi perekonomian Gresik dan Jawa Timur hingga nasional," katanya.

Pemerintah, lanjut Eko, terus berupaya mencari terobosan dan solusi terhadap tantangan yang dihadapi oleh dunia industri seperti pasokan bahan baku dan bahan penolong, infrastruktur, utilitas, ketersediaan tenaga ahli, tekanan produk impor, limbah B3, kebutuhan sektor industri kecil dan menengah (IKM), logistik sektor industri, serta penguatan basis data sektor industri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Wike D. Herlinda

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.