Daya Tahan Pemulihan Industri TPT Diuji Sentimen Omicron

Pelaku industri pertekstilan khawatir penyebaran Omicron bakal membuat kelangkaan kontainer dan pembengkakan ongkos logistik ekspor-impor makin berkepanjangan. Untuk itu, dia berharap pasar domestik dapat dijadikan tumpuan  pemulihan industri TPT pada 2022.

Reni Lestari

6 Des 2021 - 14.24
A-
A+
Daya Tahan Pemulihan Industri TPT Diuji Sentimen Omicron

Pekerja beraktivitas di salah satu gerai penjualan kain di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Minggu (5/12/2021)./Bisnis-Himawan L Nugraha

Bisnis, JAKARTA — Pembatasan aktivitas di sejumlah negara yang terdampak penyebaran virus corona varian Omicron diestimasikan tidak berimbas negatif terhadap kinerja industri berorientasi ekspor, khususnya sektor tekstil dan produk tekstil (TPT).

Direktur Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kementerian Perindustrian Elis Masitoh mengatakan ketangguhan industri TPT telah teruji sejak pandemi gelombang kedua pada medio 2021.

Lagipula, lanjutnya, pemerintah memiliki skema Izin Operasional Mobilitas Kegiatan Industri (IOMKI) agar sektor esensial berorientasi ekspor dapat tetap beroperasi dengan pengaturan jumlah karyawan dan protokol kesehatan lainnya.

(BACA JUGA: Lepas Isu Bahan Baku, Industri Tekstil Diteror Kenaikan TDL 2022)

“Sehingga, dengan adanya varian Omicron ini, kami tetap optimistis industri garmen dan alas kaki masih bisa mempertahankan utilisasi [pabrik] dan optimasi kinerja ekspornya,” kata Elis saat dihubungi, akhir pekan lalu.

Elis melanjutkan pesanan garmen dan alas kaki dari luar negeri untuk 2021 dan 2022 sudah dimulai sejak tahun lalu.

Dengan demikian, industri TPT telah mengamankan permintaan ekspor sampai dengan tahun depan.

(BACA JUGA: Titik Cerah Pembalikan Kinerja Industri Pertekstilan)

Sektor ini juga masih menikmati limpahan pesanan dari Vietnam dan Bangladesh yang tengah mengalami lonjakan kasus Covid-19 dan berujung pada kebijakan karantina wilayah. “Indonesia adalah negara yang bisa menjamin suplai produk-produk global brand,” ujarnya.

Sekadar catatan, pertumbuhan industri TPT masih bergerak di zona negatif selama tiga kuartal berturut-turut, meski terjadi perbaikan.

Pada kuartal III/2021, pertumbuhan industri TPT tercatat -3,34%, sedangkan pada kuartal II/2021 sebesar -4,54%, dan kuartal I/2021 sebesar -13,28%.

(BACA JUGA: Krisis Batu Bara Vs. Kapas, Mana Lebih Membahayakan Sektor TPT?)

Dihubungi secara terpisah, Sekretaris Jenderal Asosiasi Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta justru khawatir penyebaran Omicron bakal membuat kelangkaan kontainer dan pembengkakan ongkos logistik ekspor-impor makin berkepanjangan.

Untuk itu, dia berharap pasar domestik dapat dijadikan tumpuan  pemulihan industri TPT pada 2022.

“Kami masih bisa ekspor, tetapi untuk menaikkan volume agak susah meskipun permintaannya besar. [Pasar] lokal yang menjadi tumpuan utama, jangan sampai kena PPKM gara-gara Omicron,” kata Redma.

Bagaimanapun, dia menyoroti hambatan impor bahan baku untuk industri TPT hilir justru berhasil mengerek utilisasi dan investasi di industri TPT antara (intermediate).

Demikian juga kinerja industri TPT hulu yang terdongkrak karena permintaan bahan baku industri antara yang meningkat akibat kendala impor.

“Jadi ini blessing in disguise buat kami, dari hulu sampai hilir jadi bisa kerja semua dan terintegrasi.”

Ke depan, kata Redma, integrasi hulu ke hilir di industri TPT ini masih harus terus didorong mengingat industri garmen nasional selalu sulit melepaskan ketergantungannya dari bahan baku impor, khususnya asal China dan Korea Selatan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Wike D. Herlinda

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.