Memutus Dependensi Bahan Baku Impor di Industri Mamin

Dependensi atau ketergantungan yang besar pada bahan baku impor di industri makanan dan minuman Indonesia disebabkan karena operasi petani, peternak, dan nelayan dalam negeri belum dikelola secara modern.

Reni Lestari

6 Des 2021 - 16.35
A-
A+
Memutus Dependensi Bahan Baku Impor di Industri Mamin

Dalam upaya menjaga aktivitas sektor manufaktur makanan dan minuman, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang melakukan kunjungan kerja ke pabrik PT Mayora Indah Tbk di Jl Jayanti 1 di Balaraja, Tangerang, Banten (18/9/2020). /Kemenperin

Bisnis, JAKARTA — Pemerintah berupaya mengurai jerat dependensi industri makanan dan minuman (mamin) terhadap bahan baku impor. Salah satunya melalui modernisasi industri agrikultura lokal agar dapat menjamin suplai ke pabrikan hilir.

Plt. Dirjen Industri Agro Putu Juli Ardika menyebut lebih dari 60 persen bahan baku industri makanan dan minuman (mamin) terhadap masih didatangkan dari impor.

Putu menyebut dependensi atau ketergantungan yang besar pada bahan baku impor disebabkan karena operasi petani, peternak, dan nelayan dalam negeri belum dikelola secara modern.

Hal itu berimbas pada ketidakpastian jaminan suplai, baik dari segi kuantitas, kualitas, maupun harga.

Beberapa strategi yang dilakukan untuk mengurai permasalahan tersebut yakni dengan menggandeng industri untuk menjadi offtaker atau penjamin komoditas hasil petani. Sektor yang didorong saat ini yakni industri pengolahan susu, kakao, dan pakan ternak.

"Di industri pengolahan susu, Kemenperin sudah banyak berperan meningkatkan kualitasnya dengan memperkenalkan teknologi milk collecting point, dijalankan dengan IoT [internet of things] guna meningkatkan kualitas susu," kata Putu, Senin (6/12/2021).

Bagaimanapun, permasalahan suplai susu bukan hanya pada sisi kualitas, tetapi juga kuantitas. Putu menyebut sampai saat ini 78 persen bahan baku susu masih diimpor, hanya 22 persen sisanya yang bisa dipasok dari dalam negeri.

Di industri hulu, kemitraan juga perlu didorong agar industri ikut mengembangkan pakan ternak, yang bisa membantu peternak meningkatkan kepemilikannya sehingga mendongkrak hasil susu.

"Pakan ini sangat strategis, di samping peternak susu, juga pedaging. Kami akan bekerja sama dengan pihak yang mendorong pakan untuk bisa kita wujudkan pengembangan grain pellet atau pakan konsentrat," jelasnya.

Kontribusi sektor makanan minuman pada industri manufaktur tercatat 38,41 persen pada kuartal III/2021, 38,42 pada triwulan sebelumnya, dan 35,58 persen pada tiga bulan pertama tahun ini.

Adapun, kontribusi industri agrobisnis sebesar 51,16 persen pada triwulan ketiga 2021, 50,59 persen pada kuartal kedua 2021, dan 49,15 persen pada tiga bulan pertama tahun ini.

Pada perkembangan lain, kinerja industri mamin diprediksi tidak akan banyak terpengaruh pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 3 pada periode Natal dan Tahun Baru atau sepanjang 24 Desember 2021 hingga 2 Januari 2022.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman mengatakan kinerja industri saat ini sedang dalam kondisi optimal meski sejumlah sektor pangan sempat terkontraksi.

Penerapan PPKM Level 3 yang hanya berlangsung satu minggu diharap tak mengganggu kinerja secara akumulasi sepanjang tahun ini. Adapun, pertumbuhan industri mamin ditargetkan menembus angka 5 persen untuk tahun ini.

"Sekarang ini sebenarnya kondisi industri mamin sedang bagus-bagusnya. Kalau [PPKM] sampai level 3 pasti ada pengaruh, tetapi karena hanya seminggu saya harapkan tidak terlalu banyak pengaruhnya," kata Adhi, belum lama ini.

Sekadar catatan, sektor industri yang masih mencatatkan kontraksi antara lain minuman, jus, susu kental manis, dan air minum dalam kemasan.

Sebaliknya, sektor-sektor seperti minyak goreng, bumbu-bumbuan, susu bubuk, kopi, dan coklat, pertumbuhannya positif sehingga dapat menopang kinerja industri secara keseluruhan.

Pada kuartal III/2021 industri mamin diketahui menjadi salah satu penyumbang pertumbuhan terbesar di manufaktur, yakni sebesar 3,49 persen secara year on year (YoY) dan 4,78 persen secara quarter to quarter (QtQ).

Sementara itu, Kementerian Perindustrian mencatat rata-rata utilisasi industri makanan sepanjang tahun ini sebesar 78,27 persen dan industri minuman sebesar 77,83 persen.

Pada tahun depan, Adhi memperkirakan pertumbuhan industri mamin bisa di atas capaian sepanjang tahun ini. Hal itu mengingat proyeksi pertumbuhan ekonomi yang ditarget tumbuh 5—5,5 persen.

Namun, meski ekonomi diproyeksi bertumbuh dan konsumsi stabil, hal yang perlu diwaspadai adalah inflasi yang dipicu kenaikan harga bahan baku dan pajak penjualan (PPn).

"Tahun depan kami belum perhitungkan, tetapi harusnya bisa lebih bagus [dari tahun ini]," ujar Adhi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Wike D. Herlinda

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.