Berebut Pasar UMKM, Tekfin Makin Getol 'Melipir' ke Perbankan

Dalam membidik penyaluran kredit ke UMKM melalui pengembangan platform tekfin baru, perusahaan telekomunikasi mulai merapat ke perbankan. Strategi serupa sebelumnya sudah sukses diterapkan banyak perusahaan dompet digital.

Leo Dwi Jatmiko

24 Jan 2022 - 14.00
A-
A+
Berebut Pasar UMKM, Tekfin Makin Getol 'Melipir' ke Perbankan

Kiri ke kanan: Acting President Director Bank QNB Indonesia Geoffry Nugraha, Vikram Sinha, President Director and CEO Indosat Ooredoo Hutchison, Komisaris Independen Indosat Ooredoo Hutchison Rudiantara dalam peluncuran UCan di Jakarta, Rabu (19/1/2022)/Dionisio Damara

Bisnis, JAKARTA — Perebutan meminang perbankan sebagai mitra penyaluran kredit UMKM makin hari makin sengit. Tidak hanya di kalangan startup tekfin, upaya tersebut belakangan getol dilakukan oleh perusahaan operator seluler. 

Seiring dengan tuntutan untuk memacu diversifikasi bisnis ke vertikal-vertikal digital agar dapat terus relevan dalam kompetisi, perusahaan-perusahaan telekomunikasi pun mulai ramai melirik pengembangan bisnis teknologi finansial (tekfin), baik lini dompet digital maupun kredit daring atau yang akrab disebut pinjol (pinjaman online). 

Di tengah pusaran tren tersebut; pasar usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) menjadi salah satu segmen yang paling diburu. Terutama, sejak pemerintah berkomitmen menjadikan UMKM sebagai motor penggerak ekonomi pada 2022. 

Dalam membidik penyaluran kredit ke UMKM, perusahaan telekomunikasi mulai merapat ke perbankan. Strategi itu belum lama ini sudah dilakukan oleh PT Indosat Tbk. (Indosat Ooredoo Hutchison). 

(BACA JUGA: Magnet Kuat Bisnis Tekfin di Industri Telekomunikasi)

Perusahaan telco yang baru merger dengan PT Hutchison 3 Indonesia itu menggandeng PT Bank QNB Indonesia Tbk. untuk mendirikan UCan, platform tekfin di bidang kredit instan. Layanan ini dipersenjatai dengan dua fitur utama, yaitu Cash Withdrawal dan Instalment. 

Cash Withdrawal adalah fitur tarik tunai yang dapat ditransfer ke rekening bank pengguna. Pembayaran dari pinjaman tarik tunai ini dapat dilakukan secara angsuran dengan berbagai pilihan tenor yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan. 

Komisaris Independen Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) Rudiantara mengatakan saat ini indeks inklusi keuangan Indonesia mencapai 76,19 persen, sedangkan literasi keuangan baru mencapai 38,03 persen. Terdapat kesenjangan antara inklusi dengan literasi. 

(BACA JUGA: Hegemoni Tekfin dalam Pendanaan Startup Berlanjut 2022)

Kerja sama yang terjalin antara Indosat dengan Bank QNB Indonesia, menurut Rudi, akan meningkatkan literasi digital Indonesia menuju ke inklusi keuangan. 

Kerja sama yang terjalin membuat literasi dapat dilakukan oleh Indosat melalui konektivitas digital yang dimiliki.  Selain konektivitas, jumlah pelanggan yang mencapai 100 juta pelanggan juga membuat jangkauan literasi keuangan menjadi lebih luas. 

“Kalau ingin meningkatkan literasi keuangan pasti lebih mudah dari pelanggannya IOH karena tidak perlu lagi ada seminar dan ini model yang pertama di Indonesia,” kata Rudiantara, baru-baru ini.

Strategi melipir ke perbankan dalam mendirikan platform tekfin—yang membidik penyaluran kredit UMKM—sebelumnya sudah ramai dilakukan oleh perusahaan-perusahaan dompet digital, seperti Ovo dan LinkAja. 

Head of Corporate Communications PT Visionet Internasional (Ovo) Harumi Supit mengatakan di tengah kondisi pandemi, kebutuhan UMKM akan pinjaman modal cenderung meningkat.

Ovo berupaya untuk bisa memfasilitasi permintaan tersebut dengan  mengembangkan layanan Ovo ModalUsaha melalui Taralite guna memberikan akses pinjaman bagi UMKM. 

“Selain itu, Ovo berkolaborasi dengan PT Bank Rkyat Indonesia (Persero) Tbk. untuk membuka akses kepada layanan pinjaman modal usaha bagi para UMKM sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia,” kata Harumi saat dihubungi Bisnis, akhir pekan. 

Sama halnya dengan kolaborasi ISAT dan BKSW yang melahirkan platform UCan, pertalian Ovo dan BBRI juga melahirkan platform kredit daring yang diberi nama U Card.

Pembuatan U Card bisa dilakukan langsung melalui aplikasi Ovo. Seluruh proses pengajuan bisa dilakukan secara mudah, mulai dari pengisian data, foto identitas diri, hingga pelacakan proses dan pengiriman kartu hingga rumah nasabah.

Pada Mei 2021, perusahaan mencatat sebanyak 950.000 UMKM telah tergabung dalam ekosistem Ovo. Layanan Ovo sendiri telah menjangkau 426 kota/kabupaten di seluruh Indonesia pada saat itu. 

Petugas mensosialisasikan penggunaan QRIS dengan aplikasi layanan uang elektronik LinkAja di sela-sela kick off Pekan QRIS Nasional 2020 di kampus Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Jawa Barat, Senin (9/3/2020). Bisnis/Rachman

Tidak kalah, LinkAja—platform tekfin flagship besutan PT Fintek Karya Nusantara (Finraya)—sudah lebih dahulu memelopori langkah kolaborasi dengan memayungi bank-bank pelat merah, PT Pertamina (Persero), dan PT Telekomunikasi Selular. 

LinkAja memperluas lini ke peer-to-peer (P2P) lending atau pinjaman rekan, dengan mengakuisisi iGrow pada April 2021. 

CMO LinkAja Wibawa Prasetyawan mengatakan aksi korporasi tersebut dilakukan dengan melihat adanya kebutuhan UMKM untuk makin mengembangkan skala bisnisnya. 

“Akuisisi ini merupakan langkah strategis LinkAja untuk dapat memberikan layanan pembiayaan bagi UMKM, serta kolaborasi strategis yang mampu mempercepat laju digitalisasi UMKM,” kata Wibawa.  

Pada tahun lalu, kata Wibawa, LinkAja telah berhasil mendigitalisasi transaksi ke ratusan ribu UMKM di ekosistem pemegang saham dan mitra strategis. 

LinkAja mendigitalisasi transaksi ke lebih dari 20.000 mitra toko kelontong Sampoerna Retail Community (SRC) dan mendigitalisasi transaksi ke lebih dari 380.000 mitra DigiPOS dan memberikan pembiayaan secara terbatas ke beberapa Mitra DigiPOS tersebut. 

Kolaborasi LinkAja dengan mitra telah meningkatkan secara signifikan digitalisasi ekosistem keuangan dengan peningkatan volume cashless dan cashless transaction di  Indonesia.

LinkAja juga telah bekerja sama dengan pemerintah, baik pemerintah kota maupun pemerintah provinsi, kolaborasi dengan Bank Indonesia untuk sosialisasi penggunaan QRIS serta melakukan edukasi tentang manfaat transaksi digital dan pelatihan untuk meningkatkan skala UMKM. 

“LinkAja juga berkomitmen untuk turut memberikan kesempatan bagi UMKM untuk mendapatkan akses permodalan untuk memperbesar skala bisnis,” kata Wibawa. 

PASAR GEMUK

Menanggapi tren tersebut, Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi mengatakan pasar untuk layanan kredit digital memang masih sangat terbuka lebar. Industri kredit membutuhkan modal yang besar dan kemampuan memprediksi kualitas nasabah. 

Kedua hal itu akan menjadi pembeda antara layanan kredit yang dikembangkan oleh masing-masing perusahaan. Namun, tantangannya adalah risiko gagal bayar kredit oleh nasabah. 

“Jadi merugi merupakan ancaman [bisnis] kredit online,” kata Heru. 

Ketua Bidang Infrastruktur Telematika Nasional Mastel Sigit Puspito Wigati Jarot menambahkan, di tengah kondisi pandemi yang berkepanjangan, animo pelaku UMKM terhadap layanan dompet digital maupun pinjol terus mengalami peningkatan. 

Sebelumnya, dalam acara Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan, Presiden Joko Widodo menegaskan komitmennya untuk menjadikan sektor UMKM sebagai motor pemulihan dan penggerak ekonomi. 

Presiden berharap permodalan kepada UMKM terus ditingkatkan. “Kredit kepada UMKM masih sekitar 20 persen. Target 2024 sudah bisa mencapai 30 persen porsi UMKM dan tidak bisa mengandalkan pertumbuhan alamiah,” kata Jokowi.  

Mengutip data Bank Indonesia, pada November 2021, nilai kredit UMKM yang disalurkan sebesar Rp1.056,1 triliun. Secara kumulatif, kredit UMKM tumbuh 3,1 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Wike Dita Herlinda

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.