Free

Di COP26, Jokowi Ingatkan Transparansi Ekosistem Ekonomi Karbon

Presiden Joko Widodo menyampaikan pidatonya di KTT Perubahan Iklim COP26

M. Syahran W. Lubis

2 Nov 2021 - 08.41
A-
A+
Di COP26, Jokowi Ingatkan Transparansi Ekosistem Ekonomi Karbon

Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato di KTT Perubahan Iklim PBB COP26 di Glasgow pada Senin (1/11/2021) tengah malam WIB. — Sekretariat Presiden

Bisnis, JAKARTA – Indonesia disebutkan sebagai salah satu negara yang akan menandatangani kesepakatan besar di KTT Perubahan Iklim COP (Conference of the Parties)-26 di Glasgow, Skotlandia. Konsekuensinya, menurut BBC, Indonesia harus menghentikan pengembangan perkebunan sawit.

Di forum tersebut, Presiden Joko Widodo termasuk yang menyampaikan pidato. Kepala Negara juga menyampaikan pandangannya sekitar 4 menit dan menegaskan komitmen Indonesia dalam mengatasi perubahan iklim.

Akan tetapi, sebagaimana dapat disaksikan dalam YouTube Sekretariat Presiden, Jokowi tidak secara spesifik mengatakan bahwa Indonesia akan menghentikan pengembangan perkebunan sawit.

Dalam pidatonya, Presiden mengingatkan bahwa dalam rangka mengatasi perubahan iklim, perlu penciptaan ekosistem ekonomi karbon yang transparan, berintegritas, inklusif, dan adil.

Berikut pidato lengkap Presiden Jokowi yang dikutip Tempo:

"Perubahan iklim adalah ancaman besar bagi kemakmuran dan pembangunan global. Solidaritas, kemitraan, kerja sama, kolaborasi global, merupakan kunci. Dengan potensi alam yang begitu besar, Indonesia terus bekontribusi dalam penanganan perubahan iklim. Laju deforestasi turun signifikan, terendah dalam 20 tahun terakhir. Kebakaran hutan juga turun 82 persen pada 2020.”

“Indonesia juga telah memulai rehabilitasi hutan mangrove seluas 600.000 hektare di 2024, terluas di dunia. Indonesia juga telah merehabilitasi 3 juta lahan kritis antara 2010 sampai 2019. Sektor yang semula menyumbang 60% emisi Indonesia akan mencapai carbon net sink, paling lambat 2030.”

“Di sektor energi kami juga terus melangkah maju. Dengan pengembangan ekosistem mobil listrik, pembangunan pembangkit listrik tenaga surya terbesar di Asia Tenggara, pemanfaatan energi baru terbarukan termasuk biofuel, serta pengembangan industri berbasis clean energy termasuk pembangunan kawasan industri hijau terbesar di dunia, di Kalimantan Utara.”

“Tetapi hal itu tak cukup. Kami terutama negara yang mempunyai lahan luas yang hijau dan berpotensi dihijaukan, serta negara yang memiliki laut luas yang potensial menyumbang karbon, membutuhkan dukungan dan kontribusi dari internasional, dari negara-negara maju. Indonesia akan terus memobilisasi pembiayaan iklim dan pembiayaan inovatif serta pembiayaan campuran, obligasi hijau, dan sukuk hijau.”

“Penyediaan pendanaan iklim dengan pendanaan negara maju merupakan game changer dalam aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di negara-negara berkembang. Indonesia akan dapat bekontribusi lebih cepat bagi net zero emissions dunia.”

“Pertanyaannya, seberapa besar kontribusi negara maju untuk kami? Transfer teknologi apa yang bisa diberikan? Ini butuh aksi, butuh implementasi secepatnya. Selain itu, carbon market dan carbon price harus menjadi bagian dari isu perubahan iklim. Ekosistem ekonomi karbon yang transparan, berintegritas, inklusif, dan adil harus diciptakan.”

“Sebagai penutup di KTT ini, atas nama Forum Negara-negara Kepulauan dan Pulau Kecil (AIS), Indonesia merasa terhormat bisa menyirkulasikan pernyataan bersama para pemimpin AIS Forum. Sudah jadi komitmen AIS Forum untuk terus memajukan kerjasama kelautan dan aksi iklim di UNFCCC. Terima kasih."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Syahran Lubis

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.