ExxonMobil dan Pertamina Berkolaborasi Tekan Emisi Karbon

ExxonMobil dan PT Pertamina (Persero) berkolaborasi mengembangkan teknologi rendah karbon, yakni carbon capture utilisation storage atau CCUS untuk diterapkan di kawasan Asia.

Muhammad Ridwan

15 Des 2021 - 18.58
A-
A+
ExxonMobil dan Pertamina Berkolaborasi Tekan Emisi Karbon

Penandatanganan kerja sama Pertamina dan ExxonMobil Kembangkan Teknologi Rendah Emisi./Istimewa

Bisnis, JAKARTA — Teknologi carbon capture utilisation storage atau CCUS diyakini bisa menjadi salah satu solusi untuk menjaga hulu minyak dan gas bumi tetap bisa beroperasi di tengah tekanan untuk mengurangi emisi karbon.

Dua perusahaan energi international, ExxonMobil dan PT Pertamina (Persero) pun berkolaborasi mengembangkan teknologi rendah karbon tersebut untuk diterapkan di kawasan Asia.

Penandatanganan komitmen kerja sama tersebut dilakukan setelah menggelar pertemuan di sela-sela perhelatan COP26 di Glasgow, Skotlandia, beberapa waktu lalu, dan disaksikan langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri BUMN Erick Thohir, Wakil I Menteri BUMN Pahala N. Mansury, dan Menteri ESDM Arifin Tasrif.

President ExxonMobil Indonesia Irtiza Sayyed mengatakan teknologi CCUS dinilai sangat dibutuhkan oleh industri hulu minyak dan gas bumi di tengah desakan dunia untuk mengurangi emisi karbon.

"Kami merupakan perusahaan pertama yang men-capture 40% dari CO2 yang sudah di-capture. Kami sekarang sedang berupaya melihat peluang global termasuk Asia, karena itu kami baru-baru ini menandatangani MoU dengan Pertamina untuk penerapan teknologi low carbon," ujar Irtiza dalam webinar yang digelar, Rabu (15/12/2021).

Dia menuturkan bahwa di negara asalnya Amerika Serikat, teknologi CCUS yang digunakan oleh ExxonMobil disebut tidak hanya dapat menciptkan peluang kerja baru. Namun, penerapan teknologi itu juga sekaligus menjaga para pekerja dengan tetap beroperasinya kegiatan operasional hulu migas.

Saat ini, ExxonMobil tengah merancang konsep untuk menciptakan daerah Houston, Amerika Serikat sebagai CCS hub karena terletak di daerah industri yang besar. Dari konsep itu ditargetkan bisa mengurangi emisi karbon sebesar 100 juta ton co2 per tahun sampai dengan 2040.

Irtiza menjelaskan, dengan total investasi sebesar US$100 miliar, nantinya diharapkan dapat membuka sekitar 10.000 lapangan pekerjaan.

"Dengan regulasi yang mendukung, upaya bersama ini dapat membantu penyimpanan dari CO2, dan ini dapat direplikasi juga termausk di Asean dengan berupaya mencapai tujuan yang ambisisus ini. Kita perlu upaya bersama dari pemerintah dengan berkolaborasi bersama industri, pemerintah dapat mengimplementasikan dengan kebijakan yang tepat," ungkapnya.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati sebelumnya menjelaskan bahwa pihaknya telah menginisiasi beberapa proyek CCUS pada lapangan migas dengan potensi pengurangan karbon dioksida hingga 18 juta ton.

Salah satu pengembangan teknologi CCUS dilakukan di Lapangan Gundih, Cepu, Jawa Tengah yang terintegrasi dengan teknologi Enhanced Gas Recovery (EGR) dan berpotensi mengurangi sekitar 3 juta ton CO2 dalam 10 tahun, serta meningkatkan produksi migas. Proyek itu direncanakan beroperasi pada 2026.

Terkait dengan kolaborasi bersama Exxon, Pertamina akan mengembangkan teknologi rendah karbon melalui penerapan proses injeksi CO2 ke dalam lapisan subsurface untuk diterapkan pada depleted reservoir di wilayah kerja Pertamina, serta mengkaji potensi skema hubs and cluster.

Karyawan Fasilitas Central Processing Plant (CPP) Gas Gundih bagian dari aset PT Pertamina EP/ Istimewa - Pertamina

Pertamina dan ExxonMobil juga akan mengkaji data technical subsurface yang diperlukan untuk penilaian subsurface formation sebagai tempat menyimpan CO2 dan karakteristik di lokasi tertentu di Indonesia.

Kemudian, keduanya juga akan mengkaji data infrastruktur, termasuk data pipa, fasilitas, dan sumur untuk mengevaluasi penggunaan ulang infrastruktur yang ada untuk transportasi.

Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan sebelumnya mengatakan kolaborasi ExxonMobil dan Pertamina akan memperkuat kemitraan strategis yang berkelanjutan antara kedua perusahaan yang telah terjalin sejak 1970 di sektor hulu dan hilir.

Dia menegaskan, dalam rangka menghadapi perubahan iklim global, sangat penting untuk mengambil langkah-langkah pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) agar bisa mengatasi peningkatan suhu global tidak melebihi 1,5 derajat celcius.

“Peluang yang dikaji kedua perusahaan di Indonesia, kombinasi dari kebijakan pemerintah yang tepat dan kolaborasi industri akan berpotensi memberikan dampak yang luar biasa di sektor-sektor yang menyumbang emisi tertinggi, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di Asia Tenggara,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Ibeth Nurbaiti*

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.