Bisnis, JAKARTA — Sepanjang pekan ini, indeks harga saham gabungan (IHSG) cenderung berfluktuasi dan bergerak tertahan karena berbagai sentimen global. Kendati demikian, investor asing tercatat masuk hingga Rp2,4 triliun.
Pekan depan, IHSG diperkirakan masih bergerak sideways seiring dengan eskalasi tapering Federal Reserve. Momentum ini dapat dimanfaatkan untuk window dressing investor menjelang akhir kuartal III/2021.
Pada penutupan Jumat (24/9), indek harga saham gabungan (IHSG) menguat tipis 0,03% atau 2,1 poin ke level 6.144,81 dengan kapitalisasi pasar terpantau bertahan di angka Rp7.565,71 triliun.
Sementara itu, selama sepekan, IHSG berhasil menguat tipis 0,18% atau 11,56 poin dari penutupan akhir pekan lalu di level 6.133,25.
Adapun, indeks Bisnis-27 ditutup melemah pada pekan ini. Berdasarkan data BEI, indeks Bisnis-27 terkoreksi 1,43 poin atau 0,31% menjadi 463,201 dari sebelumnya 464,628.
Dari 27 konstituen, sebanyak 10 saham menguat, enam saham tak mengalami perubahan, dan 12 saham mengalami pelemahan.
Saham PT Adaro energy Tbk. (ADRO) memimpin penguatan dengan naik 6,01% ke level Rp1.500. Penguatan ini disusul oleh saham PT United Tractors Tbk. (UNTR) yang naik 4,74% ke harga Rp22.075 dan saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) 1,33% ke harga Rp3.820.
Saham AMRT, JPFA, dan SMGR menjadi saham-saham yang menekan indeks Bisnis-27. Saham yang turun paling dalam adalah PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. (AMRT) yang melemah 3,62% ke harga Rp1.330. Pelemahan ini disusul oleh saham PT Japfa Tbk. (JPFA) yang turun 2,36% ke harga Rp1.860 dan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. (SMGR) yang turun 2,35% ke harga Rp8.300.
Khusus pada Jumat (24/9), investor asing mencatatkan beli bersih atau net foreign buy hingga Rp1,59 triliun. Adapun, sepanjang pekan aksi borong asing mencapai Rp2,34 triliun.
Aksi borong asing terutama terjadi pada saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) yang selama 2 hari terakhir dibeli asing hingga Rp2 triliun.
Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan, Frankie Wijoyo Prasetio, menjelaskan IHSG memang tertahan di rentang level 6.000-6.200 sepanjang pekan ini.
“Sentimen dominan yang menahan laju IHSG sepertinya karena isu Evergrande, rencana tapering, dan suku bunga the Fed pada pengujung tahun,” jelasnya saat dihubungi, Jumat (24/9).
Menurutnya, sentimen positif dari kasus Covid-19 yang melandai belum mampu mengimbangi sentimen tapering ini.
Di sisi lain, isu dampak sistemik dari kemungkinan gagal bayar raksasa properti China, Evergrande Group, dianggap tidak berpengaruh signifikan terhadap pasar modal.
Analis Panin Sekuritas William Hartanto menilai hal yang menarik perhatian sepanjang pekan ini adalah aksi beli bersih asing yang tinggi di tengah isu tapering dan kekhawatiran dampak sistemik Evergrande.
“Yang menarik perhatian di sini hanyalah net buy asingnya besar saja,” imbuhnya.
Adapun, lanjunya, pergerakan IHSG pekan depan dapat menjadi momentum investor membeli saham di harga murah untuk melakukan window dressing menjelang penutupan kuartal III/2021.
“Jadi, jika pekan depan ada koreksi terbatas, investor harusnya bisa memanfaatkan untuk membeli saham di harga bawah. Hal ini menjadi kesempatan bagus karena setelah September atau kuartal III, biasanya akan terjadi window dressing,” urainya.
Menurutnya, IHSG masih cenderung bergerak sideways dalam rentang 6.000-6.172. Pergerakan yang melandai membuat IHSG rentang terkoreksi. Momentum ini yang mesti diperhatikan oleh investor. (Annisa Saumi)