Sejarah Permukiman Dekat TBBM Plumpang Pertamina di Tanah Merah

Tak bisa dimungkiri, lokasi Depo Pertamina Plumpang yang telah beroperasi sejak 1974 dan berkontribusi sekitar 20 persen terhadap distribusi BBM nasional itu sudah sangat tidak layak, lantaran berada di tengah kawasan padat penduduk.

Ibeth Nurbaiti

15 Mar 2023 - 13.07
A-
A+
Sejarah Permukiman Dekat TBBM Plumpang Pertamina di Tanah Merah

Permukiman warga pascakebakaran kawasan Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Plumpang milik PT Pertamina (Persero) atau Depo Pertamina Plumpang, Koja, Jakarta Utara pada Jumat (3/3/2023) malam. /JIBI-Nabil Syarifuddin Al Faruq.

Bisnis, JAKARTA — Puing-puing bangunan berserakan dalam kondisi hangus terbakar. Sejumlah kendaraan milik warga juga turut dilalap si jago merah. Tak hanya itu, kabel-kabel instalasi untuk aliran listrik dan internet juga terputus dan menjuntai ke jalan.

Dengan padatnya permukiman warga di sekitar kawasan Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Plumpang milik PT Pertamina (Persero) atau Depo Pertamina Plumpang, Koja, Jakarta Utara, tak heran jika kebakaran hebat yang terjadi pada Jumat (3/3/2023) malam berakibat fatal.

Baca juga: Duka Mendalam di Tanah Merah, Kebijakan Solutif Jauh Lebih Urgen

Berdasarkan laporan Pertamina, hingga saat ini jumlah korban meninggal dunia tercatat 23 orang. Kebakaran tersebut telah meluluhlantakkan sejumlah bangunan yang berada di radius sekitar 300 meter dari Depo Pertamina Plumpang, terutama di RW 01 sebanyak 166 kepala keluarga (KK) dan RW 09 sebanyak 65 KK.

Lantas, seperti apa sejarah permukiman warga di dekat TBBM Plumpang Pertamina yang berada di Kampung Tanah Merah?

Tak bisa dimungkiri, lokasi Depo Pertamina Plumpang yang telah beroperasi sejak 1974 dan berkontribusi sekitar 20 persen terhadap distribusi BBM nasional itu sudah sangat tidak layak, lantaran berada di tengah kawasan padat penduduk.

Baca juga: Relokasi Jadi Opsi Solusi Pascakebakaran Depo Pertamina Plumpang

Menurut Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati, awalnya perseroan membeli lahan Plumpang seluas 1.534.510 meter2 atau 153 hektare (ha) dengan nilai Rp514,06 miliar dari PT Mastraco lewat Akta Perubahan Nomor 36/1971 tertanggal 8 April 1971.


Dari luas lahan tersebut, sekitar 72 ha dibangun untuk area Depo Plumpang, sedangkan sisanya 82 ha masih kosong dan belum berpenghuni. Kemudian, pada 1976 keluarlah SK Pemberian Hak dari Menteri Dalam Negeri Nomor SK 190/HGB/DA/76 tertanggal 5 Juni 1976 terbit yang mengamanatkan lahan itu digunakan sebagai keperluan pembangunan instalasi minyak.

Nicke menerangkan bahwa warga atau penghuni tanpa hak (PTH) kemudian mulai menguasai sebagian besar lahan Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Plumpang di akhir tahun 1980-an.

Baca juga: Kebakaran Terminal BBM Plumpang dan Catatan Kelam HSSE Pertamina

“Kalau dilihat masyarakat mulai mendekat di akhir tahun 1980-an dan hari ini bisa terlihat begitu padat sampai rumah-rumah masyarakat nempel di dinding pembatas di terminal Plumpang,” kata Nicke saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI, Rabu (15/3/2023).

Saat ini, luas lahan yang dikuasai Pertamina sebagai wilayah operasi Depo atau operasional hanya di kisaran 71,9 ha, sementara PTH belakangan menguasai lahan yang sebelumnya dibebaskan Pertamina mencapai 81,6 Ha.

Baca juga: Ketar-Ketir KKKS Migas Mengejar Target Lifting 1 Juta Barel

Adapun, hasil inventaris PT Surveyor Indonesia 2017 memperlihatkan bahwa lahan yang dikuasai PTH itu sudah dihuni oleh 34.707 orang dengan 9.234 KK. “Hari ini pasti sudah bertambah jumlahnya yang tinggal di situ, ini semua tersebar di beberapa RT dan RW,” kata Nicke.

Kalau mengutip 212 Asal-Usul Djakarta Tempo Doeloe karya Zaenuddin HM, Plumpang merupakan nama desa di Tuban, Jawa Timur. Desa itu mempunyai kisah terkait dengan beberapa tokoh pewayangan.

Sejumlah kendaraan hangus akibat kebakaran hebat yang terjadi di kawasan Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Plumpang milik PT Pertamina (Persero) atau Depo Pertamina Plumpang, Koja, Jakarta Utara pada Jumat (3/3/2023)  malam. JIBI-Nabil Syarifuddin Al Faruq.


Nama Plumpang juga ada di Jakarta Utara. Buku tersebut menyebutkan bahwa sebagian orang yang tinggal di Plumpang Jakarta Utara adalah orang-orang yang merantau dari Plumpang, Tuban.

Versi yang beda lagi menyebutkan bahwa tempat yang dinamai Plumpang itu pada masa kolonial Belanda adalah daerah pertanian. Sebab, penduduk setempat menanam pohon padi dan memanennya sendiri.

Baca juga: Kabar Tidak Sedap dari Premier Oil untuk Blok Tuna di Natuna

Pada masa penjajahan, masyarakat belum memiliki alat pertanian yang canggih untuk memisahkan gabah dari jerami, sehingga mereka membuat 'alu' atau palu yang bentuknya panjang besar terbuat dari kayu dan 'lumpang' yang bentuknya bulat agak kotak, berlubang dan juga terbuat dari kayu.

Konon, nama Plumpang berasal dari gabungan kata 'alu' dan 'lumpang' yang kemudian menjadi disebut Plumpang sampai sekarang.

Baca juga: Kebakaran TBBM Plumpang, Tata Ulang Objek Vital BUMN Mencuat

Adapun insiden kebakaran Depo Plumpang, Jumat (3/3/2023) itu diduga berasal dari kebakaran pipa inlet yang menuju tangki penyimpanan di wilayah operasi berdekatan dengan perumahan warga.

Kendati demikian, Pertamina masih menunggu hasil investigasi dari pihak Kepolisian dan Kementerian ESDM untuk memastikan lebih lanjut ihwal penyebab insiden kebakaran Plumpang tersebut.

Warga berusaha memadamkan api di kawasan pemukiman dampak kebakaran hebat yang terjadi di kawasan Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Plumpang milik PT Pertamina (Persero) atau Depo Pertamina Plumpang, Koja, Jakarta Utara pada Jumat (3/3/2023) sekitar pukul 20.30 WIB. Bisnis/Fanny Kusumawardhani


“Mengenai penyebab kebakaran masih dilakukan investigasi dari aparat penegak hukum, ESDM dan juga dari tim Pertamina,” tuturnya.

Saat ini, Pertamina telah menyalurkan total bantuan senilai Rp1,72 miliar bagi para korban yang terdampak dari insiden kebakaran TBBM Plumpang. Angka tersebut berdasarkan data hingga 11 Maret 2023 pukul 16.00 WIB. 

Adapun perinciannya, sumber bantuan tersebut berasal dari Pertamina Group senilai Rp1,26 miliar dan BUMN lainnya senilai Rp451 juta. Kemudian, dari dua RW yang terdampak dari insiden kebakaran tersebut, dari 166 KK di RW 01, sebanyak 23 KK sudah menerima bantuan; 66 KK akan menerima bantuan; dan 77 KK dalam proses pembuatan rekening.

Baca juga: Mengejar Ketertinggalan Pertamina di Proyek Kilang

Sementara itu, dari 65 KK di RW 09, sebanyak 6 KK sudah menerima bantuan dan 59 akan menerima bantuan. Adapun data tersebut sampai dengan 14 Maret 2023 pukul 07.00 WIB. “Jadi, kami bukakan rekening kemudian kami transfer dan kami berikan kartu ATM-nya. Semua kami pastikan langsung ke penerima yang memang berhak,” kata Nicke. (Nyoman Ary Wahyudi/Novita Sari Simamora)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Ibeth Nurbaiti

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.