Free

Tak Kalah oleh Sentimen the Fed, IHSG Bakal Tetap Perkasa

Nada hawkish dari The Fed yang berencana menaikkan suku bunga secara agresif diyakini tidak akan berdampak signifikan terhadap pergerakan IHSG tahun ini.

Lorenzo Anugrah Mahardhika & Ika Fatma Ramadhansari

27 Jan 2022 - 19.21
A-
A+
Tak Kalah oleh Sentimen the Fed, IHSG Bakal Tetap Perkasa

Pegawai melintas di dekat layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (24/1/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha\r\n

Bisnis, JAKARTA — Kendati masih dibayang-bayangi oleh sentimen negatif eksternal, terutama akibat nada hawkish dari the Fed terkait kebijakan suku bunganya, indeks harga saham gabungan (IHSG) diyakini bakal tetap bertenaga tahun ini untuk mencetak return positif.

Analis Kiwoom Sekuritas Abdul Azis Setyo Wibowo mengatakan, sentimen hawkish dari the Fed yang berencana menaikkan suku bunga secara agresif tidak akan begitu mempengaruhi prospek IHSG kedepannya. Dirinya masih meyakini IHSG dapat bergerak menguat dalam beberapa waktu ke depan.

Menurut Azis, hal ini sudah terlihat pada pergerakan IHSG sejauh ini yang masih dapat mencatatkan kineja positif, walaupun masih dalam fase konsolidasi.

Menurutnya, rencana the Fed juga sudah diantisipasi oleh Bank Indonesia (BI). Bank sentral Indonesia ini telah merencanakan tapering off pada kuartal I/2022.

“Antisipasi dari BI ini menurut kami dapat mencegah capital outflow. Bahkan secara year-to-date asing mencatatkan net buy sebesar Rp5,92 triliun di market dan mayoritas masuk ke sektor perbankan, yang memiliki bobot cukup besar untuk IHSG,” jelasnya saat dihubungi pada Kamis (27/1).

Dalam jangka pendek, Azis memprediksi pergerakan IHSG akan berada di rentang 6.523 – 6.730.

Sementara itu, untuk rekomendasi saham, Azis menyarankan investor mencermati sektor perbankan yang diyakini menawarkan potensi upside cukup menarik. Salah satu saham yang di cermati bisa adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dengan target harga Rp4.300 dan support di Rp4.000.

Selain itu, investor juga dapat memantau saham PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) yang memiliki target harga Rp1.815 dan support di level Rp1.535.

“Saat ini, BBRI diperdagangkan pada price to book value (PBV) 2,2 kali, di bawah rerata 5 tahun sebanyak 2,5 kali. Sementara itu, BBTN saat ini diperdagangkan dengan rasio PBV 0,8 kali kali, di bawah rerata 5 tahun sebanyak 1,1 kali,” pungkasnya.

Sebelumnya, Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) meninggalkan suku bunga utama mendekati nol.

Namun, keuntungan itu dengan cepat menguap ketika pernyataan the Fed memperingatkan akan segera mulai menaikkan target suku bunga dana federal (Fed Fund) untuk memerangi inflasi yang persisten terkait dengan rantai pasokan yang tertatih-tatih akibat Covid.

"Dengan inflasi jauh di atas 2,0 persen dan pasar tenaga kerja yang kuat, Komite mengharapkan akan segera menaikkan kisaran target suku bunga dana federal," kata pernyataan itu, mengutip Antara.

Pasar saham meluncur ke wilayah negatif setelah tanya jawab Ketua Fed Jerome Powell berlangsung, di mana ia memperingatkan bahwa inflasi tetap di atas target jangka panjangnya dan masalah pasokan lebih besar dan lebih tahan lama daripada yang diperkirakan sebelumnya.

"Ketika wartawan bertanya kepada Powell apakah Fed akan mempertimbangkan menaikkan suku bunga di setiap pertemuan, yang berarti lebih dari empat kali tahun ini, dia tidak mengatakan mereka tidak akan melakukannya, yang menunjukkan fleksibilitas untuk menaikkan suku lebih cepat (jika perlu) daripada yang diperkirakan siapa pun," kata Chris Zaccarelli, kepala investasi di Independent Advisor Alliance di Charlotte, North Carolina.

"Komunikasi hari ini lebih bernuansa daripada pertemuan Fed sebelumnya dalam beberapa tahun terakhir, kemungkinan karena Fed berkomitmen untuk menjaga kebijakan sepenuhnya akomodatif hingga pertemuan berikutnya, yang berarti FOMC tidak dapat memulai sesuatu yang konkret hari ini," Chris Low, kepala ekonom di FHN Financial, mengatakan dalam sebuah catatan.

"Namun demikian, Ketua Fed Powell mengatakan lebih dari beberapa hal yang menambah nada yang lebih hawkish, yang pada gilirannya membebani saham," tambahnya.


SENTIMEN POSITIF

Sikap hawkish the Fed memang memberikan sentimen negatif bagi pasar modal, tetapi sentimen tersebut juga berdampingan dengan beberapa sentimen positif yang dipercaya akan menahan kekhawatiran pelaku pasar.

Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Roger M.M. mengungkapkan bahwa untuk tahun 2022, memang ada beberapa sentimen yang perlu diawasi oleh investor seperti perkembangan varian Omicron Covid-19 dan kenaikan suku bunga the Fed.

Namun, ungkapnya, juga terdapat sentimen positif yang bisa menahan kekhawatiran penurunan IHSG.

Sentimen positif tersebut di antaranya adalah pemulihan ekonomi, naiknya harga komoditas yang bisa meningkatkan dana investor asing masuk atau net foreign inflow, dan juga terkait dengan prediksi kinerja emiten di tahun ini yang tumbuh sekitar 18 persen.

“Mirae Asset menargetkan IHSG pada tahun ini pada level 7.600 dengan target rasio PE [price to earning] di level 16.4x dengan skenario bearish 6.100 atau berada pada PE 14.0x,” ungkap Roger kepada Bisnis, Kamis (27/1).

Terkait dengan the Fed, Bank Sentral Amerika Serikat yang menyatakan akan segera menaikkan suku bunga dan mengakhiri pembelian aset pada 2022, menurut Roger memang perlu dicermati investor.

Dia menyampaikan bahwa memang tumbuhnya inflasi di AS pada beberapa tahun terakhir membuat adanya kebijakan untuk menaikkan suku bunga dalam rangka meredam inflasi.

Kebijakan the Fed tersebut, jelasnya, memberikan kemungkinan kenaikan suku bunga the Fed bisa terjadi empat kali dalam tahun ini. Berdasarkan sentimen-sentimen di atas dan juga target IHSG dari Mirae Asset Sekuritas, Roger merekomendasikan beberapa sektor di tahun 2022.

Di antaranya rekomendasi sektor perbankan yaitu BBRI, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI).

Kemudian Roger juga merekomendasikan sektor batu bara yaitu PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) karena terkait masih tingginya harga komoditas batu bara. Selain itu, rekomendasi terhadap sektor perkebunan yaitu PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) dan PT PP London Sumatra Indonesia Tbk. (LSIP) serta sektor ritel yaitu PT Mitra Adiperkasa Tbk. (MAPI).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Emanuel Berkah Caesario

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.