Bisnis, JAKARTA — Potensi transaksi pada pergelaran Trade Expo Indonesia Digital Edition (TEI-DE) 2021 ditaksir mencapai mencapai US$3,5 miliar, jauh melebihi target yang dipatok Kementerian Perdagangan senilai US$1,5 miliar.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Didi Sumedi mengatakan total transaksi prospektif pada TEI hingga 3 November 2021 pukul 21.45 WIB tercatat lebih dari US$3,5 miliar.
“Nilai ini berpotensi untuk terus meningkat hingga penutupan showcase pada 20 Desember 2021," kata saat dihubungi, Jumat (5/11/2021).
Meski kembali digelar secara digital, Didi mengatakan minat buyer untuk membeli produk Indonesia tetap tinggi.
Dia mencatat buyer yang telah melakukan komitmen dagang dengan pengusaha Indonesia berasal dari 15 negara.
Negara-negara tersebut antara lain Australia, Belanda, Brasil, China, Hongaria, India, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Korea Selatan, Malaysia, Mesir, Meksiko, dan Arab Saudi.
"Produk yang diperdagangkan bervariasi seperti makanan dan minuman, furnitur, kopi, ban kendaraan hingga jasa mekanik otomotif," kata Didi.
Didi mengatakan hingga 4 November 2021, telah dilakukan penandatanganan sebanyak 79 komitmen dagang dengan total nilai sebesar US$978,8 juta.
Perusahaan penandatangan asal Indonesia berasal dari perusahaan besar dan beberapa UMKM dengan produk-produk seperti furnitur, pengharum mobil, produk gaya hidup, dan briket.
Sejalan dengan promosi dagang via TEI, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia bakal membuka rumah-rumah dagang di sejumlah negara mitra untuk memperkuat relasi bisnis dan pemasaran produk Indonesia.
Upaya ini diharapkan bisa diiringi dengan kemudahan perizinan ekspor bagi pelaku usaha.
Wakil Ketua Umum Kamar dagang dan Industri (Kadin) Indonesia bidang Perdagangan Juan Permata Adoe sebelumnya mengemukakan calon eksportir setidaknya harus melalui 15 tahap perizinan di tingkat daerah sebelum bisa mengirim produk ke luar negeri.
Proses ini acap kali diikuti dengan perizinan lain di daerah tingkat II.
“Di tingkat II ada lagi 5 sampai 10 izin. Ini sedang kami rapikan. Sudah bertahap [prosesnya], tetapi sinkronisasi antarkementerian teknis belum holistik, kami merasa perlu mengajak Kemendag untuk membuka hambatan-hambatan ini. Prosedur ekspor sebaiknya dipusatkan.”
Juan mengemukakan hambatan ekspor yang minim bisa mendukung ekosistem perdagangan yang lebih baik. Saat ini, Kadin tengah menyiapkan strategi untuk meningkatkan branding produk Indonesia sehingga ekspornya bisa meningkat.
“Kadin akan membuka trading house di beberapa negara, kami akan memanfaatkan CEPA sebagai salah satu pilarnya,” kata dia.
Pelaku usaha menargetkan bisa memetakan 25 produk unggulan Indonesia dengan pangsa pasar yang besar. Menurutnya, produk Indonesia bisa menjadi champion di negara tujuan jika dipasarkan dengan tepat.