5 Fakta Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II/2023

Pertumbuhan ekonomi sebesar 5,17 persen pada kuartal II/2023 mengagetkan sejumlah pihak. Alasannya, ekspor yang berkontraksi dianggap bakal melemahkan pertumbuhan. Nyatanya, berikut sejumlah fakta menarik dari pertumbuhan ekonomi 3 bulan kedua tahun ini.

Rinaldi Azka

8 Agt 2023 - 14.11
A-
A+
5 Fakta Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II/2023

Bisnis, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II/2023 tumbuh sebesar 5,17 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Angka itu secara mengejutkan lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal sebelumnya sebesar 5,03 persen.

Angka pertumbuhan ini mengejutkan berbagai pihak, karena sempat disebut bakal turun di bawah 5 persen seiring merosotnya kinerja ekspor.

Nah, dibalik kinerja baik pertumbuhan ekonomi ini, terdapat sejumlah fakta penarik yang perlu diperhatikan. Berikut di antaranya:

Baca Juga : Geliat Himbara Memacu Basis Pengguna Platform Digital

1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia hanya kalah dari China dan India

Di antara negara-negara ekonomi besar dunia, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya kalah dari China yang bertumbuh 6,3 persen dan India yang naik 6,2 persen. Sementara itu, Idnonesia berhasil mengungguli Amerika Serikat yang hanya tumbuh 2,6 persen, Jepang yang tumbuh 1,3 persen, dan Korea Selatan yang tumbuh 0,9 persen.

Jika merujuk pada World Economic Outlook (Juli 2023) dari Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF), pertumbuhan ekonomi global tahun 2023 diproyeksikan melambat dari tahun 2022. Pertumbuhan ekonomi negara berkembang diproyeksikan tumbuh di atas pertumbuhan ekonomi global dan negara maju. 

Pertumbuhan ekonomi dunia diproyeksi naik 3 persen pada tahun ini dan kembali 3 persen pada 2024, sedangkan negara maju diproyeksi mengalami perlambatan dengan pertumbuhan 1,5 persen pada tahun ini dan 1,4 persen pada 2024. Adapun, negara berkembang diprediksi tumbuh 4 persen pada tahun ini dan 4,1 persen pada 2023.

2. Konsumsi Rumah Tangga Jadi Pendorong Lantaran Libur Lebaran dan THR

Dari segi pengeluaran, konsumsi rumah tangga menjadi penopang utama sebagai sumber pertumbuhan tertinggi sebesar 2,77 persen, dilanjutkan oleh pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi sebesar 1,39 persen, belanja pemerintah 0,73 persen, dan lainnya sebesar 0,32 persen, sementara net ekspor menjadi faktor penekan dengan negatif 0,04 persen.

Konsumsi rumah tangga tumbuh 5,23 persen didorong oleh sejumlah hal, yang utama yakni perayaan hari besar keagamaan Bulan Ramadan, Perayaan Idulfitri dan Iduladha serta pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) dan Gaji ke-13.

Selain itu, dorongan konsumsi rumah tangga tercermin dari peningkatan mobilitas masyarakat selama periode libur hari besar keagamaan dan libur sekolah. Kelompok konsumsi rumah tangga tumbuh tinggi antara lain, Transportasi dan Komunikasi; Pakaian, Alas Kaki dan Jasa Perawatannya; serta Restoran dan Hotel.

Baca Juga : Fakta Freeport akan Gugat Aturan Bea Keluar Sri Mulyani

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pertumbuhan kali ini menjadi cerminan keberhasilan kebijakan menjelang hari raya seperti Idufitri dan Iduladha.

Di samping konsumsi rumah tangga, pertumbuhan ekonomi kuartal II/2023 kata Airlangga juga ditopang oleh kinerja investasi atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB) dan konsumsi pemerintah, yang masing-masing tumbuh sebesar 4,63 persen (yoy) dan 10,62 persen (yoy).

“Pertumbuhan ekonomi 5,17 persen ini suatu hal yang bagus sekali, karena dunia sedang tidak biasa-biasa saja dan Indonesia merespons secara bagus walaupun harga komoditas melemah,” katanya dalam konferensi pers Senin (7/8/2023).

Baca Juga :Optimisme Ekonomi AS dan Redupnya China

3. Jadi Pertumbuhan di Atas 5 Persen 7 Kuartal Berturut

Catatan ini menambah rangkaian pertumbuhan di atas 5 persen selama tujuh kuartal berturut-turut. Sejumlah ekonom sempat pesimistis pertumbuhan ekonomi akan meleset dari 5 persen karena kinerja ekspor yang melemah.  

“Pertumbuhan Ekonomi secara tahunan konsisten berada pada level 5 persen selama 7 kuartal berturut-turut, menandakan ekonomi kita [Indonesia] semakin stabil,” ujar Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh. Edy Mahmud dalam konferensi pers, Senin (7/8/2023). 

Jika ditilik lebih jauh, runtutan pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen ini dimulai sejak kuartal IV/2021 yang sebesar 5,03 persen. Setelah itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia selalu di atas 5 persen.

Adapun, sejak pandemi berlalu, pertumbuhan ekonomi tertinggi sempat terjadi pada kuartal II/2021 sebesar 7,08 persen. Periode tersebut menjadi titik balik setelah Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi negatif selama 4 kuartal berturut.

Jika melihat secara kuartalan, ekonomi Indonesia pada kuartal II/023 tumbuh sebesar 3,86 persen (qtq). Sejalan dengan pola di tahun-tahun sebelumnya, pertumbuhan Triwulan 2 lebih tinggi dari kuartal I/2023. Sedangkan, pada kuartal I/2023 pertumbuhan ekonomi Indonesia terkontraksi 0,91 persen qtq.

4. Sektor Industri Pengolahan Penopang Meski Ada Deindustrialisasi

Nyatanya, produk domestik bruto (PDB) di seluruh sektor lapangan usaha menunjukkan pertumbuhan positif. Adapun, sektor manufaktur dari industri pengolahan masih memberikan andil terbesar sebesar 18,25 persen terhadap PDB. Kendati pertumbuhannya hanya 4,88 persen.

Sementara itu fenomena yang kontradiktif adalah Indonesia disebut-sebut justru tengah mengalami deindustralisasi dini. Ini adalah proses kebalikan dari industrialisasi, yaitu penurunan kontribusi sektor industri terhadap pengolahan nonmigas terhadap PDB.

Share manufaktur Indonesia yang dahulu sempat menyentuh angka 32 persen, sekarang hanya tinggal 18,3 persen. Kontribusi industri pengolahan terhadap PDB 5 tahun terakhir di bawah angka 20 persen. Pada 2022 hanya 18,3 persen, pada 2021 sebesar 19,25 persen.

Selain industri pengolahan, sektor pertanian, predagangan, pertambangan, dan konstruksi masih menjadi penopang dengan kontribusi masing-masing terhadap PDB yakni 13,35 persen, 12,85 persen, 10,48 persen, dan 9,43 persen.

Adapun, sektor-sektor yang mengalami pertumbuhan pesat, yakni transportasi dan pergudangan, akomodasi dan makan minu, serta jasa lainnya yang masing-masing bertumbuh 15,28 persen, 11,89 persen, dan 9,89 persen.

Baca Juga : Dukungan bagi Industri Dana Pensiun Agar Tak Pensiun 

5. Dominasi Jawa dan Pertumbuhan Paling Pesat Indonesia Timur

Struktur perekonomian Indonesia secara spasial pada kuartal II/2023 masih didominasi oleh wilayah Pulau Jawa yang memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar 57,27 persen.

Ekonomi kuartal II/2023 wilayah Pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi, serta Maluku & Papua tumbuh di atas pertumbuhan ekonomi nasional. Pertumbuhan tertinggi terjadi di Sulawesi dengan kenaikan 6,64 persen, dilanjut Maluku dan Papua 6,35 persen, dan Kalimantan 5,56 persen. 

Pertumbuhan ekonomi wilayah pulau Sumatera, Jawa, Bali & Nusa Tenggara, serta Maluku & Papua lebih rendah dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu.(Annasa Rizki Kamalina, Feni Freycinetia, Ni Luh Anggela)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Rinaldi Azka
Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.