Adu Cepat PLN & Pertamina Kembangkan EBT Menuju Transisi Energi

Badan usaha milik negara di sektor energi seperti PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dan PT Pertamina (Persero) bahkan diminta untuk segera beradaptasi menuju tren transisi energi.

Rayful Mudassir & Muhammad Ridwan

6 Des 2021 - 18.44
A-
A+
Adu Cepat PLN & Pertamina Kembangkan EBT Menuju Transisi Energi

Teknisi melakukan perawatan panel surya di Jakarta, Kamis (29/4/2021). Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan penerapan tarif harga pembangkit listrik (PLT) energi baru terbarukan (EBT) menjadi salah satu insentif mendorong percepatan penggunaan energi terbarukan. Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis, JAKARTA — Presiden Joko Widodo dalam berbagai kesempatan menekankan pentingnya tranformasi menuju energi baru dan terbarukan (EBT) dan akselerasi ekonomi berbasis teknologi hijau dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Presiden Jokowi juga mendorong adanya ekosistem investasi dan kolaborasi dunia usaha yang memperkuat perkembangan ekonomi berbasis inovasi dan teknologi, khususnya ke arah ekonomi hijau dan ekonomi biru yang berkelanjutan.

Badan usaha milik negara di sektor energi seperti PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dan PT Pertamina (Persero) bahkan diminta untuk segera beradaptasi menuju tren transisi energi.

Executive Vice President of Engineering and Technology PLN Zainal Arifin menjelaskan bahwa perusahaan listrik pelat merah itu telah memetakan peluang yang dapat dimanfaatkan perseroan untuk mendukung program percepatan netral karbon pada 2060.

Salah satunya, kata dia, adalah peta jalan pengembangan pembangkit EBT sesuai dengan RUPTL 2021—2030.

PLN menargetkan pembangunan pembangkit listrik EBT sebesar 10,6 Giga Watt (GW) hingga 2025. Di samping itu, perseroan terus menjalankan program efisiensi PLTU untuk mencapai target bauran.

Zainal menjelaskan dari 10,6 GW pembangkit EBT baru di 2025, sekitar 1,4 GW di antaranya merupakan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) dan 3,1 GW berupa Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

Sementara itu, porsi Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTM) 1,1 GW, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) 3,9 GW, Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) 0,5 GW, dan Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBio) 0,6 GW.

“Untuk mendukung program itu, perusahaan mendorong anak usaha yang bergerak di sektor engineering, PT PLN Enjiniring, untuk menggalakkan inovasi. Upaya ini mengingat pembangkit EBT di masa mendatang akan menjadi base load dari sistem kelistrikan nasional,” katanya dalam keterangan resmi, Sabtu (4/12/2021).

Menurutnya, transisi menciptakan model baru, yakni dari sistem yang tersentralisasi ke sistem yang desentralisasi, investment driven menjadi lebih budget friendly, operasional secara terpusat menjadi lebih fleksibel, dan IT dari sekadar support menjadi AI dan machine learning.

"Dan terakhir yang tidak kalah penting, dari mayoritas menggunakan bahan bakar fosil menjadi sumber terbarukan yang ramah lingkungan," tuturnya.

Senada, Direktur Utama PLN Enjiniring Didik Sudarmadi menangkap optimisme dunia dalam menyongsong transisi energi global yang mengarah kepada energi baru terbarukan dan karbon netral.

Hanya saja, situasi pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai, ditambah krisis energi beberapa negara di dunia masih belum diketahui dampaknya terhadap program transisi energi.

Tidak jauh berbeda dengan PLN, Pertamina juga langsung mengebut proyek-proyek energi hijaunya dari hulu hingga hilir demi dapat mewujudkan energi bersih yang diperlukan dalam transisi energi dan mengejar target pemerintah dalam pengembangan EBT sebesar 23% pada 2025.

Sejumlah proyek EBT yang diharapkan dapat mendukung target tersebut, mulai dari PLTP, PLTS, pembangkit listrik tenaga biogas (PLTBg) hingga stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU).

“Kami bergerak masif untuk EBT, dari hulu hingga hilir demi dapat mewujudkan energi bersih yang diperlukan dalam transisi energi dan mengejar target pemerintah dalam pengembangan EBT sebesar 23% pada tahun 2025,” kata Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman.

Dia menjelaskan bahwa proyek energi baru yang sedang dikembangkan Pertamina yakni green hydrogen dan blue hydrogen yang pilot project-nya akan dimulai di lingkungan operasi.

Untuk green hydrogen, melalui PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), Pertamina menargetkan dapat diproduksi dari seluruh wilayah kerja geothermal Pertamina dengan produksi sekitar 8.600 kg per hari. Pilot project Green Hydrogen telah dimulai di WK Ulubelu.

Selain itu, melalui PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) sedang menyiapkan proyek mengembangan blue hydrogen dari proses elektrolisa air dengan sumber energi listrik yang tersertifikasi hijau, menggantikan proses produksi hydrogen konvensional yang mengubah gas alam. Pengembangan blue hydrogen akan difokuskan di Kilang Plaju dan Kilang Cilacap.

“Melalui proyek tersebut, Pertamina dapat mengurangi jejak karbon dalam pembuatan hidrogen, sehingga dengan adanya Blue Hydrogen, maka lini bisnis pengolahan Pertamina juga dapat berkontribusi dalam mereduksi emisi saat operasi dikarenakan sumber hydrogen yang digunakan lebih lebih ramah lingkungan,” ungkapnya.

Langkah memproduksi energi baru juga dilakukan dalam pengembangan Dimethyl Ether (DME) yang bersumber dari batu bara. Melalui sinergi PT Bukit Asam Tbk. dan Air Product Chemicals, Inc (APCI), Pertamina akan mulai menjalankan pilot project pengembangan DME di Tanjung Enim.

Untuk pembangkit listrik berbasis energi baru, Pertamina mengembangkan pembangkit listrik tenaga biogas (PLTBg) dan pembangkit listrik tenaga biomass (PLTBm) dengan total kapasitas 153 MW yang ditargetkan selesai 2026.

Petugas mengecek instalasi di PLTP Kamojang, Garut, Jawa Barat, Rabu (8/9/2021). Pertamina menargetkan penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) pada tahun 2030 diantaranya melalui pemanfaatan energi rendah karbon dan efisiensi energi sebagai komitmen perseroan terhadap implementasi Environmental, Social and Governance (ESG). ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

Saat ini, yang telah beroperasi PLTBg di Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei, Sumatra Utara dengan total kapasitas 2,4 MW.

Selain itu, pengembangan energi baru ditetapkan Pertamina dengan mengembangkan proyek pembuatan baterai dan penyimpanan (storage) dalam rangka mendukung tumbuhnya ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.

Melalui Indonesia Battery Corporation, Pertamina bersama BUMN lainnya menargetkan produksi 140 GWh pada tahun 2029 yang diperuntukkan untuk kendaraan roda 2 dan roda 4.

“Kami memiliki komitmen yang kuat dalam mendukung program pemerintah dalam rangka mewujudkan energi bersih dengan memanfaatkan sumber energi dalam negeri serta fokus menuntaskan proyek demi proyek secara berkelanjutan agar dapat menyediakan energi yang cukup di masa depan,” katanya.

Dalam proyek energi terbarukan, Pertamina terus meningkatkan kapasitas pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Pertamina menargetkan pada tahun 2026, kapasitas PLTS akan mencapai sekitar 910 Mega Watt (MW), di antaranya untuk PLTS di Wilayah Kerja Rokan mencapai 200 MW, PLTS di 5000 SPBU kapasitas mencapai 31 MW, PLTS Kilang Dumai dengan kapasitas 83 MW dan dilanjutkan ke kilang lain, terminal BBM/LPG dan fasilitas lainnya dari hulu ke hilir mencapai lebih dari 130 MW.

Selain itu, proyek energi terbarukan yang lebih dahulu dikembangkan Pertamina yakni panas bumi melalui Pertamina Geothermal Energy, Pertamina mengelola 14 wilayah kerja panas bumi dengan total kapasitas terpasang sebesar 1.877 MW yang terdiri dari 672 MW (own operation) dan 1.205 MW (joint operation).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Ibeth Nurbaiti*

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.