Dampak Pasokan BBM AS Melimpah Ruah, Harga Minyak Tergelincir

Saat ini, seperti dikutip dataindonesia.id, pasar masih mengamati adanya ketidakpastian kebijakan suku bunga bank sentral di berbagai negara, termasuk Federal Reserve.

Ibeth Nurbaiti

8 Des 2022 - 17.30
A-
A+
Dampak Pasokan BBM AS Melimpah Ruah, Harga Minyak Tergelincir

Ilustrasi pengapalan minyak. Harga minyak mentah berjangka berfluktuasi pada perdagangan Rabu petang (7/12/2022) di tengah ketidakpastian kondisi ekonomi global serta kekhawatiran ancaman resesi yang bisa berdampak pada prospek permintaan. Canva

Bisnis, JAKARTA — Melimpah ruahnya pasokan bahan bakar minyak (BBM) Amerika Serikat telah memicu kekhawatiran melemahnya permintaan komoditas itu. Dampaknya, harga minyak mentah ikut tergelincir.

Dikutip dari Antara, Kamis (8/12/2022), harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari 2023 turun US$2,24 atau 3,0 persen ke level US$72,01 per barel di New York Mercantile Exchange.

Tidak jauh berbeda, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Februari merosot US$2,18 atau hampir 2,8 persen menjadi US$77,17 per barel di London ICE Futures Exchange. 

Baca juga: Dampak Pembatasan Harga Minyak Rusia oleh Barat

Baik harga minyak berjangka WTI maupun Brent menjadi yang terendah untuk penyelesaian kontrak awal tahun depan sejak Desember 2021.

Saat ini, seperti dikutip dataindonesia.id, pasar masih mengamati adanya ketidakpastian kebijakan suku bunga bank sentral di berbagai negara, termasuk Federal Reserve. Pasar mengkhawatirkan adanya suku bunga yang lebih tinggi dapat membebani harga komoditas, termasuk minyak, karena dapat memicu perlambatan ekonomi atau resesi yang bisa membatasi permintaan. 

Baca juga: Langkah Mantap Pertamina Gantikan Shell di Blok Masela

Pasar juga mencermati ketidakpastian soal batasan harga minyak Rusia yang dinilai dapat berdampak pada pasokan dan memicu volatilitas. Saat ini, Rusia sedang mempertimbangkan tiga opsi termasuk melarang penjualan minyak ke beberapa negara dan menetapkan diskon maksimum untuk menjual minyak mentahnya, sebagai bentuk perlawanan terhadap pembatasan harga yang diberlakukan oleh Negara Barat.

Harga minyak mentah berjangka berfluktuasi pada perdagangan Rabu petang (7/12/2022) di tengah ketidakpastian kondisi ekonomi global serta kekhawatiran ancaman resesi yang bisa berdampak pada prospek permintaan.


Adanya prospek kenaikan suku bunga The Fed yang lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya juga ikut membebani pergerakan harga minyak. 

Sebagai gambaran, harga minyak telah terpukul baru-baru ini di tengah kecemasan bahwa kondisi ekonomi makro yang memburuk akan melumpuhkan permintaan energi.

Baca juga: Fakta di Balik Penolakan Keras DPR untuk IPO Pertamina Hulu/PHE

Data AS pada Rabu (7/12/2022) yang menunjukkan peningkatan besar stok bensin dan bahan bakar sulingan AS menambah kekhawatiran tentang berkurangnya permintaan bahan bakar.

Badan Informasi Energi AS (EIA) melaporkan total persediaan bensin AS meningkat sebesar 5,3 juta barel selama pekan yang berakhir 2 Desember, dan persediaan bahan bakar sulingan melonjak sebesar 6,2 juta barel. 

Baca juga: Aturan Pajak Ekspor Nikel Jalan Terus di Tengah Kemelut di WTO

Sejalan dengan itu, analis yang disurvei oleh survei S&P Global Commodity Insights memperkirakan laporan tersebut menunjukkan kenaikan 2,9 juta barel untuk bensin dan 1,9 juta barel untuk sulingan.

Di sisi lain, American Petroleum Institute (API) telah melaporkan penarikan persediaan minyak mentah sekitar 6,4 juta barel. Sementara itu, menurut EIA, persediaan minyak mentah komersial AS turun 5,2 juta barel pada pekan lalu.

 

Di dalam negeri, harga rata-rata minyak mentah Indonesia pada November 2022 bahkan telah menunjukkan tren penurunan dari sebelumnya. 

Berdasarkan perhitungan formula Indonesia Crude Price (ICP), rata-rata ICP November 2022 sebesar US$87,50 per barel atau turun US$1,60 per barel dari US$89,10 per barel pada Oktober 2022.

Beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan harga minyak mentah utama di pasar internasional, seperti dikutip dari Executive Summary Tim Harga Minyak Mentah Indonesia, antara lain sinyal Federal Reserve AS untuk menaikkan tingkat suku bunga yang menyebabkan peningkatan nilai tukar dolar AS dan menurunkan minat investor pada pasar komoditas.

Baca juga: Blok East Natuna, ‘Harta Karun’ yang Belum Terjamah Kini Diincar

Selain itu, aksi demonstrasi di beberapa wilayah China yang memprotes kebijakan zero covid Presiden Xi Jinping turut mempengaruhi harga minyak.

“Kondisi ini menyebabkan kekhawatiran pasar akan penurunan aktivitas ekonomi dan industri serta penurunan konsumsi minyak mentah di negara konsumen minyak mentah terbesar dunia,” demikian menurut tim tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Ibeth Nurbaiti

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.