Dampak Pembatasan Harga Minyak Rusia oleh Barat

Adapun, pembatasan harga minyak mentah Rusia oleh Uni Eropa (UE) merupakan imbas dari invasi Rusia pada Ukraina. Harga minyak mentah Rusia dibatasi pada level US$60 per barel. Hal itu berdampak pada kenaikan harga minyak mentah dunia.

Ibeth Nurbaiti

6 Des 2022 - 15.30
A-
A+
Dampak Pembatasan Harga Minyak Rusia oleh Barat

Ilustrasi pengapalan minyak. Canva

Bisnis, JAKARTA — Harga minyak dunia menguat setelah pelonggaran kebijakan pandemi di China dan OPEC+ memutuskan untuk menjaga produksi tetap stabil. Selain itu, dampak pembatasan harga minyak mentah Rusia oleh pemerintah negara-negara Barat turut mendorong kenaikan harga minyak mentah.

Berdasarkan data Bloomberg yang dikutip Bisnis.com, pada Senin (5/12/2022) pukul 21.50 WIB, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) menguat 2,68 persen ke level US$82 per barel, sementara minyak Brent melonjak 2,52 persen ke US$87,73 per barel.

Baca juga: Sinyal Positif China bagi Gerak Harga Minyak Mentah & CPO

Lonjakan harga minyak dipicu hasil kesepakatan OPEC+ dengan negara-negara sekutunya pada Minggu (4/12/2022) yang menyetujui untuk mempertahankan produksi pada level saat ini dan menyudahi pengambilan stok pasar global.

Adapun, pembatasan harga minyak mentah Rusia oleh Uni Eropa (UE) merupakan imbas dari invasi Rusia pada Ukraina. Harga minyak mentah Rusia dibatasi pada level US$60 per barel. Selain itu, ada juga pelarangan sementara bagi sebagian besar aktivitas impor lintas laut mulai Senin (5/12/2022).

Baca juga: Blok East Natuna, ‘Harta Karun’ yang Belum Terjamah Kini Diincar

Berdasarkan laporan Bloomberg, sanksi terhadap Rusia ini bertujuan untuk mendorong ekspor minyak Rusia yang berkelanjutan. Selain itu, kenaikan harga ini juga berkaitan dengan lebih banyak permintaan dari China yang melonggarkan kebijakan pandemi Covid-19, selama beberapa waktu terakhir.

“Kami akan melihat dorongan permintaan yang sangat besar jika dan ketika China dibuka kembali, kami mengharapkannya secara bertahap mulai April dan seterusnya,” kata Kepala Analis Minyak Konsultan Energy Aspects Amrita Sen. 

Sementara itu, dikutip dari Antara, Menteri Keuangan AS Janet Yellen dalam sebuah pernyataan menyebutkan pembatasan harga minyak Rusia yang mulai berlaku pada Senin (5/12/2022), akan membantu membatasi sumber pendapatan utama Kremlin untuk membiayai perang, seraya mengatasi gangguan pasokan di pasar global dengan mendorong aliran minyak Rusia dengan harga diskon.

Pengumuman itu muncul setelah 27 negara anggota UE menyetujui batas harga minyak Rusia tersebut, meskipun masih ada pertanyaan apakah batas harga itu cukup rendah untuk memberikan pukulan besar bagi Rusia.

Baca juga: Harga Minyak Dibatasi Uni Eropa, Rusia Diyakini Siapkan Balasan

Rencana untuk membatasi harga minyak Rusia itu telah disetujui pada awal tahun ini oleh negara-negara anggota G7—Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, dan Amerika Serikat—dan UE.

Di sisi lain, Rusia dilaporkan menolak batas harga minyak mentahnya yang ditetapkan oleh UE tersebut. Penolakan tersebut disampaikan oleh juru bicara Kremlin Dmitry Peskov. 

Baca juga: Pantang Mundur Indonesia di WTO, Tekad Penghiliran Kian Kuat

Bertolak belakang dengan kondisi global, harga rata-rata minyak mentah Indonesia pada November 2022 malah menunjukkan tren penurunan dari sebelumnya. 

Berdasarkan perhitungan formula Indonesia Crude Price (ICP), rata-rata ICP November 2022 sebesar US$87,50 per barel atau turun US$1,60 per barel dari US$89,10 per barel pada Oktober 2022.


Beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan harga minyak mentah utama di pasar internasional, seperti dikutip dari Executive Summary Tim Harga Minyak Mentah Indonesia, antara lain sinyal Federal Reserve AS untuk menaikkan tingkat suku bunga yang menyebabkan peningkatan nilai tukar dolar AS dan menurunkan minat investor pada pasar komoditas.

Selain itu, aksi demonstrasi di beberapa wilayah China yang memprotes kebijakan zero covid Presiden Xi Jinping turut mempengaruhi harga minyak.

“Kondisi ini menyebabkan kekhawatiran pasar akan penurunan aktivitas ekonomi dan industri serta penurunan konsumsi minyak mentah di negara konsumen minyak mentah terbesar dunia,” demikian menurut tim tersebut. (Nyoman Ary Wahyudi/Widya Islamiati)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Ibeth Nurbaiti

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.