Ekspor Lidi Nipah dan Jelantah Kaltim Kian Prospektif

Lidi nipah perdana diekspor ke India, sedangkan jelantah menjadi langganan sejumlah negara di Eropa, antara lain Belanda, Spanyol, dan Portugal.

10 Mei 2021 - 14.42
A-
A+
Ekspor Lidi Nipah dan Jelantah Kaltim Kian Prospektif

Ilustrasi Minyak Jelantah

Bisnis, BALIKPAPAN — Komoditas lidi nipah dan jelantah (minyak goreng bekas) di Kalimantan Timur memiliki prospek cerah, kendati hasil tambang dan industri masih mendominasi kinerja ekspor nonmigas daerah itu sepanjang tahun lalu.

Lidi nipah perdana diekspor ke India, sedangkan jelantah menjadi langganan sejumlah negara di Eropa, antara lain Belanda, Spanyol, dan Portugal.

Bahkan akhir tahun lalu, Presiden RI Joko Widodo memimpin langsung ekspor dua komoditas non migas tersebut sebagai bagian dari ekspor produk Indonesia bernilai tambah dan sustainable ke pasar global.

Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM Kaltim HM Yadi Robyan Noor menyatakan bahwa momentum tersebut sangat baik, mengingat produk-produk nonmigas Kaltim telah bisa bersaing di pasar global.

“Dengan itu kita memberikan spirit untuk UKM yang lain agar bisa naik kelas,” ujarnya kepada Bisnis, belum lama ini.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim, neraca perdagangan ekspor dan impor Kaltim mengalami surplus sebesar US$9,79 miliar pada November 2020, dengan perincian total ekspor mencapai US$ 11,59 miliar terdiri dari ekspor migas sebesar US$ 1,06 miliar dan nonmigas sebesar US$ 10,53 miliar.

Selanjutnya, total impor mencapai US$1,80 miliar, yaitu terdiri dari impor migas sebesar US$827,30 juta dan nonmigas sebesar US$975,56 juta.

Dengan demikian, secara keseluruhan terdapat selisih sebesar US$9,79 miliar dengan perincian US$9,55 miliar tanpa migas.

Sebagai informasi, lidi nipah tersebut diproduksi oleh CV Masagenah yang merupakan wadah kelompok-kelompok pengrajin di Kelurahan Muara Kembang, di mana para pengrajin lidi nipah yang juga warga sekitar rutin memasok kebutuhan yang diperlukan untuk diekspor.

Lurah Muara Kembang Muhammad Ramli menjelaskan bahwa tanaman nipah di wilayahnya sangat berlimpah ruah. Nipah adalah sejenis palem yang tumbuh di lingkungan hutan bakau atau daerah pasang-surut dekat tepi laut.

Tumbuhan ini juga dikenal dengan banyak nama lain seperti daon, daonan, buyuk, bhunyok, bobo, boboro, palean, palenei, pelene, pulene, puleanu, pulenu, puleno, pureno, parinan, dan parenga.

Ramli menuturkan produksi lidi nipah dilakukan bersama-sama, mulai dari anak sampai ibu-ibu, ikut menjadi pengrajin.

Sementara itu, kaum bapak pergi ke hutan untuk memotong batang langsung disana. Kemudian, batang diberikan ke pengrajin untuk dibelah-belah lagi. Selanjutnya, diiris sisi tumbuhan pada bagian kerasnya, dan dihasilkan lidi nipah.

"Biasanya yang iris lidi itu ibu-ibu sambil duduk, dan cerita ala mereka. Terus dibantuin sama anak-anak buat ditata [disusun]," jelas Ramli.

Di negara tujuannya India, lidi nipah ini akan digunakan sebagai campuran bahan pembuatan asbes dan bisa pula dimanfaatkan sebagai lapisan dasar karpet.  

Direktur CV Masagenah Widya Hana Sofia mengungkapkan dalam kurun waktu setahun terakhir, kapasitas ekspor mampu mencapai sebanyak 25 ton lidi nipah.

“Di ekspor ke India juga Pakistan dan minimal ekspor yang mereka lakukan satu kontainer yang muat 14 ton,” ungkapnya.

Saat ini pihaknya sedang memenuhi kebutuhan sebanyak 14 ton dari kontrak awal yang mereka dapatkan sebelumnya. Dimana, setelah hal tersebut tercukupi, maka kontrak selanjutnya akan kembali diperoleh.

Adapun, kendala yang dialami ialah dari cuaca. Hal ini disebabkan usaha lidi nipah ini masih bergantung pada alam, seperti proses pengeringan yang bergantung pada matahari.

MEMAKSIMALKAN POTENSI

Di sisi lain, Balai Karantina Pertanian Kelas I Balikpapan juga melakukan upaya untuk memaksimalkan potensi alam di Bumi Etam.

Kepala Karantina Pertanian Balikpapan Abdul Rahman mengatakan bahwa salah satu upaya tersebut adalah memaksimalkan potensi komoditas yang ada di bidang perkebunan dan kehutanan.

Di antara komoditas tersebut adalah kayu chips (akasia) dan porang (cangkang sawit). Khusus untuk porang, terdapat kurang lebih lahan seluas 250 hektare yang sudah ditanami. Lahan tersebut berada di Kabupaten Kutai Kartanegara, Paser, Penajam Paser Utara dan Kota Balikpapan.

“Banyak yang tertarik [menanam porang], seperti di Jonggol ada, di Sepaku ada,” ujarnya.

Pria yang akrab disapa Rahman ini menambahkan bahwa untuk produksi kayu chips adalah minimal 1000 ton per tahun, dengan nilai pembelian di petani adalah Rp70.000/kilogram

“Itu nilai yang dibeli dari petani tapi pasti lebih [harganya] kalau di ekspor, kan,” katanya.

Berdasarkan data yang dihimpun oleh UPT Balai Karantina Pertanian Kelas I Balikpapan, realisasi ekspor produk pertanian dan non pertanian periode Januari-Desember 2020 adalah sebesar Rp7,03 triliun. Dimana, terdapat penurunan sebesar 7,9 persen dibandingkan 2019 yang tercatat sebesar Rp7,63 triliun.

Realiasi ini juga meleset dari target awal yang telah ditetapkan bahwa target tahun 2020 adalah sebesar 20 persen dari realisasi tahun 2019. Dengan kata lain, realisasi 2020 minus 22 persen dari yang ditargetkan yaitu Rp9 triliun.

Kendati demikian, nilai ekspor di sektor pertanian dan non pertanian pada periode September-Desember 2020 mengalami tren positif bila dibandingkan dengan periode sama tahun 2019. Hal tersebut dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan sebesar 32,05 persen, yaitu dari Rp2,74 triliun menjadi Rp4,03 triliun.

Nilai ekspor paling kecil sepanjang tahun 2020 terjadi pada bulan Mei yaitu senilai Rp172,34 miliar yang mulai mengalami penurunan di bulan April dan yang paling tinggi terjadi pada bulan Desember sebesar Rp1,19 triliun.

Rahman menjelaskan bahwa penurunan terjadi akibat pandemi Covid-19 yang menyebabkan beberapa negara tujuan seperti Malaysia dan Jepang menutup menutup wilayahnya (lockdown), khususnya Tiongkok sebagai negara tujuan ekspor terbesar.

Sebagai informasi, di tahun 2020 komoditas yang secara konsisten diekspor adalah kayu lapis, produk-produk olahan kelapa sawit (RBD Palm Olein dan RBD Palm Stearin), dan porang.

Adapun, komoditas terbaru yang perdana di ekspor Kaltim pada bulan ini adalah Amplang Kaubun. Rencananya produk UKM tersebut akan terbang ke Taiwan.

Roby menuturkan bahwa disana sudah terdapat beberapa outlet yang siap memasarkan produk UKM dari Bumi Etam.

“Kalau di sini dijual dengan harga Rp25.000, tentu di luar [negeri] akan mencapai 10 kali lipat,” ujarnya. (M. Mutawallie Sya’rawie)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.