Negara Investor Kripto Paling Cuan pada 2023

Apabila investor itu dipisahkan berdasarkan negara asal transaksi, Amerika Serikat (AS) masih menjadi pemimpin dengan cuan mencapai US$9,36 miliar, menilik adopsi kripto di negara Paman Sam itu memang yang paling tinggi. Ada Indonesia?

Redaksi

20 Mar 2024 - 17.16
A-
A+
Negara Investor Kripto Paling Cuan pada 2023

Ilustrasi aset kripto./Istimewa

Bisnis, JAKARTA - Para investor kripto asal Indonesia tercatat sebagai salah satu negara yang diperkirakan mendapat cuan jumbo dari transaksi kripto sepanjang 2023, berdasarkan kajian lembaga riset Chainalysis.

Data Tim Chainalysis yang diunggah pada pertengahan Maret 2024 itu memperkirakan bahwa keuntungan yang diperoleh investor secara global atas transaksi sepanjang 2023 mencapai US$37,6 miliar. 

Capaian tahun lalu itu lebih baik ketimbang periode 2022, di mana tren penurunan nilai membuat para investor di seluruh dunia boncos hingga US$127,1 miliar, bertolak belakang dari tren cuan maksimal pada periode 2021 yang mencetak keuntungan sampai US$159,7 miliar.

Apabila investor itu dipisahkan berdasarkan negara asal transaksi, Amerika Serikat (AS) masih menjadi pemimpin dengan cuan mencapai US$9,36 miliar, menilik adopsi kripto di negara Paman Sam itu memang yang paling tinggi. 

Berikutnya, investor asal Inggris berada di peringkat kedua dengan akumulasi keuntungan US$1,39 miliar. Peringkat tiga sampai lima ditempati Vietnam, China, dan Indonesia, masing-masing dengan US$1,18 miliar, US$1,15 miliar, dan US$1,06 miliar.

Menyusul setelahnya, terdapat sekumpulan investor di tiga negara yang juga mencapai akumulasi cuan di atas US$1 miliar, di antaranya India, Rusia, dan Korea Selatan. Sementara negara dengan keuntungan di kisaran US$900 jutaan, yaitu Jerman, Turki, dan Argentina.

Tim Chainalysis menjelaskan bahwa akumulasi cuan atas kripto di negara berpendapatan menengah notabene terbilang tinggi, termasuk Indonesia, karena banyak investornya baru memulai adopsi pesat terhadap kripto dalam satu-dua tahun belakangan.

"Sebelumnya, kami telah mencatat dalam Laporan Geografi Mata Uang Kripto 2023 bahwa negara-negara dalam kategori berpenghasilan menengah ke bawah, menunjukkan adopsi mata uang kripto yang kuat dan tetap tangguh, bahkan di tengah pasar yang sedang lesu baru-baru ini," tulis Tim Chainalysis dalam laporannya, dikutip Selasa (19/3/2024).

Secara umum, tim menggunakan metodologi perhitungan basis data transaksi dari bursa terpusat dan layanan off-ramping alias wadah yang memungkinkan pertukaran kripto ke mata uang. 

Kemudian, Tim Chainalysis memperkirakan total keuntungan kolektif yang diperoleh pada setiap aset dengan mengukur perbedaan antara nilai Dolar AS dari semua penarikan aset, serta nilai seluruh simpanan aset. 

Metodologinya bertumpu pada fakta bahwa setiap setoran ke layanan yang menawarkan off-ramping mewakili potensi konversi menjadi uang tunai, dan oleh karena itu merupakan realisasi keuntungan, atau kerugian, atas aset tersebut. 

Setelah memperkirakan keuntungan aset kripto untuk pengguna setiap layanan yang dilacak menggunakan metodologi itu, tim mendistribusikan keuntungan tersebut ke masing-masing negara berdasarkan pangsa lalu lintas web yang diwakili setiap negara untuk setiap situs web layanan. 

"Meskipun metodologinya tidak sempurna, metodologi ini memberi kita perkiraan kuat mengenai keuntungan seluruh aset populer yang diperdagangkan di bursa terpusat. Kombinasi data transaksi dan lalu lintas web ini juga merupakan kerangka kerja yang sama yang kami gunakan untuk menghitung Indeks Adopsi Kripto Global tahunan kami," tambahnya. 

Baca Juga : Menebak Langkah Harga Komoditas Jelang Rilis Suku Bunga The Fed 

Konsep Nilai Intrinsik

Konsep nilai intrinsik dalam dunia keuangan telah lama menjadi dasar untuk menilai berbagai aset, mulai dari saham hingga komoditas. Menurut definisi dari Investopedia, nilai intrinsik merupakan nilai sebenarnya dari sebuah perusahaan atau aset, yang memperhitungkan baik faktor berwujud maupun tidak berwujud melalui analisis fundamental. 

Namun, ketika konsep ini diterapkan pada Bitcoin, aset digital yang tidak menghasilkan arus kas dan tidak didukung oleh entitas fisik apapun, pertanyaannya menjadi lebih kompleks.

Sebagian besar kritikus menunjukkan bahwa Bitcoin tidak memiliki nilai intrinsik karena tidak didukung oleh aset nyata atau arus kas. Akan tetapi, pandangan tersebut mulai bergeser seiring dengan meningkatnya penerimaan Bitcoin sebagai aset moneter atau penyimpan nilai, yang dinilai tidak hanya berdasarkan penawaran dan permintaan tetapi juga berbagai faktor lain yang mendukung nilai intrinsiknya.

Bitcoin sendiri memiliki beberapa faktor penentu untuk menyingkap Nilai Intrinsiknya. Dilansir dari Pintu Academy berjudul Nilai Intrinsik Bitcoin, berikut beberapa faktor penentu, di antaranya:

Baca Juga : Ada Euforia Halving Bitcoin Tapi Transaksi Kripto Dalam Negeri Justru Masih Sepi 

1. Keamanan: Keamanan menjadi salah satu pilar utama nilai intrinsik Bitcoin. Dengan penerapan teknologi kriptografi canggih seperti algoritma ECDSA dan fungsi hashing SHA-256, Bitcoin menawarkan sistem keamanan yang robust. Desentralisasi dan konsensus terdistribusi dalam jaringannya meningkatkan keamanan dengan setiap transaksi yang diverifikasi dan tidak dapat diubah setelah ditambahkan ke blockchain.

2. Desentralisasi: Sifat desentralisasi Bitcoin memperkuat posisinya sebagai aset yang aman dan bebas dari manipulasi oleh entitas tunggal yang dapat memastikan bahwa tidak ada satu titik kegagalan yang dapat mengancam keseluruhan sistem.

3. Kelangkaan: Dengan suplai maksimum yang ditetapkan pada 21 juta BTC, Bitcoin menghadirkan kelangkaan digita. Adapun Bitcoin Halving yang mengurangi hadiah penambangan Bitcoin setiap empat tahun menegaskan kelangkaan ini dan berpotensi meningkatkan nilai Bitcoin seiring waktu.

4. Tidak dapat diubah: Blockchain Bitcoin memastikan setiap transaksi tidak dapat dibatalkan atau diubah, memberikan tingkat kepastian dan keamanan yang tinggi bagi pemegang aset.

5. Utilitas: Bitcoin menawarkan utilitas dalam bentuk jaringan pembayaran global yang cepat, aman, dan terbuka. Dalam situasi ekonomi tertentu, seperti hiperinflasi, Bitcoin telah terbukti menjadi alat penyimpan nilai yang efektif, menunjukkan utilitas praktisnya di luar spekulasi pasar.

Meskipun masih ada perdebatan mengenai nilai intrinsik Bitcoin, tidak dapat dipungkiri bahwa kombinasi dari keamanan, desentralisasi, kelangkaan, kekekalan, dan utilitas memberikan dasar yang kuat untuk nilai intrinsiknya.(Aziz Rahardyan, Rinaldi Azka)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Rinaldi Azka
Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.