Prospek Cantik, E-fulfillment Tak Dilirik Startup Logistik

Layanan e-fulfillment di beberapa negara maju sudah menjadi keharusan bagi sektor logistik sejak 2019.

Redaksi

8 Nov 2021 - 15.07
A-
A+
Prospek Cantik, E-fulfillment Tak Dilirik Startup Logistik

Suasana pengelolaan barang pesanan di gudang Jet Commerce./dok. Jet Commerce

Bisnis, JAKARTA — Kendati memiliki prospek yang menjanjikan layanan e-fulfillment belum banyak dilirik oleh pelaku industri rintisan dari vertikal logistik.

CMO Ninja Xpress Andi Djoewarsa mengatakan pelaku startup logistik menyadari industri logistik di Indonesia saat ini makin kompetitif. Tren ini dinilainya baik untuk pengembangan bisnis startup logistik lantaran dapat memicu timbulnya berbagai inovasi layanan baru.

"Inovasi penting untuk makin membuat ekosistem industri logistik di Indonesia lebih baik kedepannya, salah satunya adalah bisnis layanan e-fulfillment," ujarnya, akhir pekan lalu.

Bagaimanapun, Andi tak menampik hingga saat ini Ninja Xpres belum terlibat dalam layanan e-fulfillment. Kendati demikian, perusahaan tengah mempertimbangkan skema kolaborasi untuk menghadirkan fitur tersebut.

Sekadar catatan, e-fulfillment merupakan sistem pemrosesan pesanan secara daring, mulai dari saat pemesanan, penyimpanan, hingga pengiriman.

Andi berpendapat startup logistik perlu mulai melirik bisnis e-fullfilment ke depannya, mengingat pangsa pasarnya yang sangat luas, khususnya dari kalangan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Hingga Juni 2021, lanjutnya, Ninja Xpress sudah mengirimkan paket lebih dari 210 juta paket dari sekitar 400.000 UMKM. Hal itu setara dengan pengriman lebih dari 600.000 paket setiap harinya.

Dihubungi secara terpisah, Key Account Manager J&T Express Iwan Senjaya juga mengatakan perusahaan belum melirik potensi layanan e-fulfillment dan masih fokus dengan metode pengiriman ekspres.

"Namun, kami belum tahu untuk ke depannya [apakah akan mengembangkan] layanan e-fullfilment. Kami fokus dengan layanan kami yang sudah ada saat ini terutama pengiriman ekspres," ucapnya saat dihubungi. 

SEBUAH KEHARUSAN

Dari sisi pakar startup, mengembangkan layanan e-fulfillment dinilai sebagai sebuah keharusan bagi pelaku startup logistik. Penyebabnya, fitur tersebut juga berguna untuk menunjang ekosistem bisnis bagi model bisnis startup lainnya.

Bendahara Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) Edward Ismawan Chamdani mengatakan layanan e-fulfillment di beberapa negara maju sudah menjadi keharusan sejak 2019.

"Ada istilah C2M [consumer to manufacture] yang sudah menjadi keharusan agar para pelaku dagang-el besar bisa berkompetisi dari sisi efisiensi, khususnya dalam hal rantai pasok," ujarnya.

Menurut Edward, layanan e-fulfillment di Indonesia juga seharusnya menjadi tren karena industri rintisan di vertikal logistik sudah makin banyak dan persaingannya pun kian ketat.

Dengan demikian, mengintegrasikan bisnis rantai pasok dari hulu ke hilir menjadi sebuah keniscayaan bagi pelaku startup logistik.

Dia berpendapat layanan tersebut juga akan mewadahi semua transaksi, bukan hanya di tingkat lokal tetapi  juga lintas perbatasan yang membutuhkan penanganan khusus.

Edward pun menyebut kolaborasi jadi kunci utama pengembangan layanan e-fulfillment. "Selama ada kesediaan untuk ikut dalam integrasi ke platform rantai pasok, kolaborasi dan layanan yang baik dapat dilakukan," ucapnya.

Sementara itu, kalangan pelaku dagang-el menilai startup logistik yang menyediakan layanan e-fulfillment akan lebih diuntungkan dari sisi bisnis.

Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) Bima Laga menyebut perkembangan industri dagang-el saat ini menuntut adanya dukungan  layanan yang andal dan biaya operasional yang tetap efisien.

"Dengan keberadaan e-fulfillment ini tentunya langkah kolaboratif yang cerdas. Pemilik lapak mempercayakan manajemen stok hingga pengiriman di tangan ahlinya," ujarnya.

Menurut Bima, dengan keberadaan layanan e-fulfillment, para pengusaha dapat fokus dalam mengembangkan bisnisnya tanpa harus memikirkan pengelolaan logistik.

Dia mengatakan pertumbuhan industri ekonomi digital  diprediksi naik delapan kali lipat pada 2030. Kondisi tersebut mengharuskan adanya layanan logistik yang lebih profesional dan mengedepankan teknologi sebagai penopang ekonomi digital.

Tak hanya itu, layanan e-fulfillment dinilai akan membantu pengusaha termasuk UMKM. Keberadaannya diperkirakan membuat para pedagang semakin banyak memperoleh keuntungan.

Peneliti ekonomi digital Institut for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda menyebut bisnis e-fulfillment merupakan industri turunan dari sektor dagang-el yang layanan serta fasilitasnya acapkali disediakan oleh sektor logistik.

"Para pedagang di platform dagang-el dibantu oleh pelaku bisnis e-fulfillment ini. Maka dari itu, perkembangan bisnis e-fulfillment ini sangat tergantung dari bisnis dagang-el itu sendiri," ujarnya.

Menurut Huda, untuk saat ini bisnis dagang-el masih sangat menjanjikan sehingga pengembangan e-fulfillment juga dipandang menguntungkan dalam jangka panjang.

Dia menambahkan saat penjual di platform daing makin banyak memperoleh pesanan, saat itulah bisnis bantuan layanan seperti e-fulfillment akan meningkat permintaannya.

Huda mengatakan keuntungan yang didapatkan oleh penjual dari adanya layanan e-fulfillment adalah kemudahan dan dapat fokus mengelola usahanya. Dengan demikian, bisnis dagang-el pun dapat makin berkembang dan laba yang diperoleh meningkat.

Menurut Huda kolaborasi yang tepat dalam eksosistem e-fulfillment adalah pelaku usaha di dagang-el dan logistik. Jasa e-fulfillment juga seharusnya bekerja sama dengan perusahaan asuransi terkait dengan pengiriman barang dan pengemasan sehingga memberikan rasa aman kepada konsumen. (Thovan Sugandi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Wike D. Herlinda

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.