Saatnya Memaksimalkan Potensi Migas Blok Masela

SKK Migas juga mencatat bahwa potensi ekonomi lanjutan di Blok Masela setelah berakhirnya kontrak oleh Inpex pada 2055 masih tersisa setidaknya 3 Tcf—4 Tcf.

Ibeth Nurbaiti

28 Jul 2022 - 18.30
A-
A+
Saatnya Memaksimalkan Potensi Migas Blok Masela

Ilustrasi kegiatan eksplorasi migas lepas pantai. Istimewa/Dok. Pertamina Hulu Energi

Bisnis, JAKARTA — Kunjungan Presiden Joko Widodo ke Tokyo menjadi momentum untuk memperkuat hubungan Jepang dan Indonesia. Pertemuan dengan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida pada Rabu (27/7/2022) semestinya juga bisa menjadi ajang untuk memaksimalkan kembali potensi migas Blok Masela.

Terlebih, proyek gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) Lapangan Abadi di Blok Masela itu menjadi salah satu proyek strategis nasional yang paling diharapkan segera berjalan. Dengan potensi gas yang sangat besar dapat menjadi andalan utama untuk menggantikan lapangan gas tua.

Baca juga: Menanti Akhir dari Perjalanan Panjang RI-Jepang di Blok Masela

Hanya saja, lebih dari 20 tahun lamanya proyek di Laut Arafuru, Maluku itu masih menggantung meskipun telah dieksplorasi sejak 1998, ketika Inpex Corporation, melalui anak usahanya Inpex Masela Ltd., mendapatkan kontrak bagi hasil dengan skema product sharing contract (PSC) selama 30 tahun.

Inpex, perusahaan Jepang yang menjadi operator di Blok Masela itu diketahui juga berhasil menemukan gas pada tahun 2000, dengan cadangan terbukti yang diperkirakan mencapai sekitar 27,6 triliun kaki kubik (trillion cubic feet/Tcf). Namun, untuk mewujudkan rencana pengembangan (plan of development/PoD) baru terealisasi pada 2019.

Baca juga: Fakta di Balik Airlangga Ajak JBIC Investasi di Blok Masela

Kalau melihat data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), pengembangan Lapangan Abadi Blok Masela pada kuartal I/2020, sudah mengalami kemajuan yang berarti. Per Maret 2020, progres aktivitas persetujuan analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal) setidaknya telah mencapai 43,41 persen dari target 47,22 persen.

SKK Migas juga mencatat bahwa potensi ekonomi lanjutan di Blok Masela setelah berakhirnya kontrak oleh Inpex pada 2055 masih tersisa setidaknya 3 Tcf—4 Tcf.

Adapun, puncak produksi gas yang dihasilkan dari Lapangan Abadi Blok Masela diperkirakan mencapai 9,5 juta ton per tahun (MTPA) dan 150 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd). Proyek yang diperkirakan menelan biaya investasi hingga US$19,8 miliar tersebut ditargetkan dapat memulai produksinya pada kuartal II/2027.

Lantas, seperti apa perkembangannya saat ini?

Yang jelas, Presiden Jokowi ketika bertemu dengan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, memasukkan komitmen kerja sama pengembangan Blok Masela dalam pembahasan mereka.

Baca juga: Drama Panjang Blok Masela, Memasuki Babak Baru Energi Hijau

“Beberapa proyek strategis yang saya sampaikan agar dipercepat penyelesaiannya, antara lain MRT Jakarta Utara-Selatan Fase II dan Timur-Barat Fase I, Kawasan Industri Papua Barat, perluasan Pelabuhan Patimban, dan Jalan Tol Akses Patimban. Kami juga membahas komitmen kerja sama bagi kelanjutan Proyek Gas Masela,” tulis Presiden dalam akun Facebook Presiden Joko Widodo, dikutip Rabu (27/7/2022).

Beberapa hari sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto juga membahas peluang pendanaan proyek Blok Masela dari Japan Bank for International Cooperation (JBIC) lewat skema joint crediting mechanism (JCM) saat bertemu dengan Gubernur JBIC yang baru Nobumitsu Hayashi di Hotel Imperial Tokyo, Jepang.

Untuk memaksimalkan potensi migas Blok Masela, Presiden Jokowi juga menginginkan agar 35 persen hak partisipasi yang dilepas Shell di Blok Masela dapat diambil sepenuhnya oleh PT Pertamina (Persero) atau perusahaan migas nasional lewat pembiayaan yang disokong oleh Indonesia Investment Authority (INA).

Presiden Joko Widodo (kiri) melakukan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Jepang Kishida Fumio (kanan) di Kantor Perdana Menteri Jepang, Tokyo, Jepang, Rabu (27/7/2022). Kedua pemimpin negara sepakat untuk memperkuat kerja sama di bidang perdagangan dan investasi. ANTARA FOTO/Biro Pers Setpres/Laily Rachev


Keinginan Jokowi itu disampaikan langsung oleh Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia seusai melakukan pertemuan dengan The Japan CEO Meeting dengan KBRI Tokyo, Jepang, Rabu (27/7/2022)

“Bapak Presiden sudah memerintahkan untuk yang keluar [Shell] itu digantikan oleh pengusaha nasional, baik itu lewat INA atau BUMN,” kata Bahlil saat menggelar konferensi pers dikutip Kamis (28/7/2022).

Dengan keterlibatan perusahaan migas nasional, diharapkan dapat meningkatkan produksi dan lifting migas di tengah disrupsi pasokan energi pada tahun ini. “Kalau mampu kita lakukan, ini mampu menciptakan produksi migas dan pertumbuhan ekonomi nasional,” ujarnya.

Baca juga: Konsumsi Migas Indonesia Makin Tinggi di Pusaran Energi Bersih

Sebagaimana diketahui, perkembangan proyek Masela masih saja menggantung terlebih setelah Shell Upstream Overseas Ltd. (Shell) menyatakan mundur dari proyek senilai US$19,8 miliar tersebut.

Terakhir, Inpex selaku operator diketahui menunda operasional proyek Masela hingga 2030, atau molor dari jadwal yang sudah disepakati sesuai dengan PoD pada 2027. Penundaan tersebut dilakukan sejalan dengan rencana zero emission strategy, yakni perusahaan akan memasukkan proyek carbon capture storage (CCS) dalam proyek Abadi Masela.

Gambar satelit Pulau Nustual, Maluku - Istimewa /Google Maps

Inpex juga diketahui tengah melakukan studi ukuran yang komprehensif seperti pengenalan fasilitas penangkapan, pemanfaatan, dan penyimpanan karbon atau dikenal dengan sebutan CCUS agar proyek Blok Masela menjadi lebih ramah lingkungan.

Pertamina sendiri sempat menyatakan minatnya ikut serta mengelola Blok Masela beberapa tahun silam. Surat penawaran dari perusahaan pelat merah itu pernah dilayangkan ke Inpex pada medio 2011 dan 2016. Hanya saja, dua penawaran Pertamina ketika itu ditolak oleh Inpex.

Sejatinya, pengembangan proyek Masela tidak lagi tersendat karena Inpex sudah mengantongi pembeli untuk produksi gas tersebut, yaitu PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGN). Apalagi, progres pengembangan Lapangan Abadi pada 2021 tercatat sudah mencapai 65 persen.

Di sisi lain, revisi PoD dengan komitmen energi hijau itu juga memiliki posisi strategis untuk meningkatkan nilai tawar rencana divestasi hak partisipasi milik Shell sebesar 35 persen di Blok Masela.

Pengembangan fasilitas CCUS dinilai dapat membuat aset Lapangan Abadi di Blok Masela lebih kompetitif dan bakal ikut menarik minat investor untuk membeli hak partisipasi Shell yang sudah ingin hengkang sejak 2 tahun lalu. (Nyoman Ary Wahyudi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Ibeth Nurbaiti

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.