TALIBAN Tutup Akses Bandara Kabul, Salahkan AS Kumpulkan Orang

Para pemimpin negara Barat mengakui penarikan mereka berarti meninggalkan beberapa warga dan banyak penduduk setempat yang membantu selama bertahun-tahun.

John Andhi Oktaveri

29 Agt 2021 - 13.15
A-
A+
TALIBAN Tutup Akses Bandara Kabul, Salahkan AS Kumpulkan Orang

Juru Bicara Taliban Zabihullah Mujahid/bbc

Bisnis, JAKARTA - Langkah Amerika Serikat mengumpulkan banyak orang di Bandara Kabul dikritik pihak Taliban. Mereka menyebut aksi bom bunuh diri yang terjadi tak lepas dari tindakan AS tersebut. 

Taliban menyebut serangan bunuh diri di bandara Kabul yang menewaskan lebih dari 169 orang termasuk 13 tentara AS adalah kesalahan pasukan Amerika Serikat.

Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid membeberkan hal itu dalam sebuah wawancara eksklusif dengan France24.com dua hari setelah aksi bom bunuh diri yang diklaim oleh kelompok Negara Islam-cabang Khorasan (ISIS-K).

Mujahid menyangkal tanggung jawab Taliban atas kegagalan keamanan tersebut.

"Itu adalah kesalahan tentara Amerika Serikat," tegas Mujahid yang mempersalahkan pasukan AS karena menggiring ribuan orang ke bandara.

Korban bom bunuh diri dievakuasi ke rumah sakit. ISIS-K mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut./Aljazeera/Anadolu-Sayed Khodaiberdi Sadat-Getty Images

Mujahid menegaskan tidak mungkin bagi Taliban untuk menyaring ribuan orang satu per satu dalam ruang sekecil itu, katanya. "Amerika Serikat adalah penjajah di Afghanistan. Mereka datang hanya untuk berperang. Sekalipun mereka terbatas di bandara Kabul, di sebagian kecil Afganistan, mereka tetap menyebabkan masalah bagi Afghanistan," kata Mujahid seperti dikutip France24.com, Minggu (29/8/2021). 

Dia menuduh AS memanggil orang-orang Afghanistan untuk datang ke bandara, tetapi itu hanya untuk mengirim mereka ke negara-negara lain secara tanpa terencana ke Amerika Serikat atau di tempat lain tanpa peduli dengan masa depan mereka.

Taliban saat ini menguasai 93 atau 94 persen Kabul, kata Mujahid. Setelah penarikan pasukan AS pada 31 Agustus, dia mengatakan prioritas kelompok itu adalah kembalinya keamanan Afghanistan.

Pernyataan Mujahid muncul setelah militer AS kemarin mengatakan telah membunuh dua anggota ISIS-K dalam serangan pesawat tak berawak di wilayah timur kelompok jihadis itu.

“Itu adalah misi tunggal untuk mendapatkan target-target kami ini. Kami dapat mengenali bahwa yang lain juga tewas dan satu lainnya terluka,” kata juru bicara Pentagon John Kirby pada briefing Departemen Pertahanan kemarin.

Akan tetapi Kirby menolak untuk mengidentifikasi nama yang tewas meski mengklaim AS tahu siapa mereka. Serangan udara AS itu diluncurkan dari luar Afghanistan.

Sementara jtu, Presisen AS Joe Biden mengatakan serangan teroris lainnya di bandara Kabul sangat mungkin terjadi dalam 24-36 jam ke setelah mendapat informasi dari para komandan lapangan.

"Serangan ini bukan yang terakhir," kata Biden dalam pernyataannya sembari bersumpah untuk "memburu siapa pun yang terlibat dalam serangan keji itu dan membuat mereka dihukum atas kesalahan yang dilakukan."

"Situasi di lapangan terus menjadi sangat berbahaya, dan ancaman serangan teroris di bandara tetap tinggi," kata Biden.

TUTUP AKSES BANDARA KABUL

Pasukan Taliban menutup bandara Kabul bagi sebagian besar warga Afghanistan yang berharap dievakuasi setelah Amerika Serikat dan sekutunya menghentikan pengangkutan udara yang kacau.

Para pemimpin negara Barat mengakui penarikan mereka berarti meninggalkan beberapa warga dan banyak penduduk setempat yang membantu selama bertahun-tahun.

Kepanikan saat warga Afghanistan berada di bandara Kabul usai kota itu jatuh ke tangan Taliban,/Antara-Reuters

Kendati demikian, mereka berjanji untuk mencoba terus bekerja dengan Taliban untuk mengizinkan sekutu lokal meninggalkan negara itu setelah tenggat waktu habis.

Meskipun sebagian besar sekutunya telah menyelesaikan penerbangan evakuasi, AS mengatakan pihaknya berencana untuk mempertahankan penerbangan 24 jam sampai batas waktu berakhir pada 31 Agustus.

Menurut angka pemerintah AS, angkutan udara memungkinkan evakuasi 112.000 warga Afghanistan dan negara asing sejak 14 Agustus atau sehari menjelang Kabul jatuh ke tangan Taliban dan 117.500 orang sejak akhir Juli.

Inggris telah melakukan penerbangan evakuasi terakhirnya kemarin meskipun Perdana Menteri Boris Johnson berjanji untuk "bekerja keras" membawa lebih banyak dari mereka yang berisiko dari Taliban ke Inggris dengan cara lain.

Johnson membahas evakuasi dengan Kanselir Jerman Angela Merkel dan Perdana Menteri Belanda Mark Rutte dalam panggilan telepon kemarin.

Ketiga pemimpin “menyetujui bahwa evakuasi warga negara mereka, personel Afghanistan [yang telah bekerja dengan angkatan bersenjata mereka] dan orang-orang dalam bahaya selalu menjadi prioritas tertinggi.

Mereka juga akan memberikan pasokan kemanusiaan kepada penduduk. dan pengungsi dari kawasan itu.

Sementara itu, juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan pasukan Taliban telah memegang beberapa posisi di dalam bandara. Dia mengatakan siap mengambil kendali bandara secara damai ketika pasukan Amerika Serikat keluar sebagaimana dikutip Aljazeera.com, Minggu.

Namun juru bicara Pentagon John Kirby membantah klaim tersebut. Taliban mengerahkan pasukan tambahan di luar bandara untuk mencegah kerumunan besar berkumpul setelah pemboman pada Kamis lalu.

Lapisan baru pos pemeriksaan bermunculan di jalan-jalan menuju bandara dan beberapa di antaranya dikuasai  oleh pejuang Taliban berseragam dengan kendaraan Humvee dan kacamata penglihatan malam yang diambil dari pasukan keamanan Afghanistan. 

Daerah tempat banyak warga lokal berkumpul selama dua minggu terakhir untuk melarikan diri dari negara itu, sebagian besar tampak kosong.

Rob McBride dari Aljazeera melaporkan sejak Jumat malam, militer AS telah menarik kembali pasukannya dan menyerahkan pos penjagaan kepada Taliban di perimeter luar bandara Kabul dan di beberapa posisi di dalam bandara. 

ZONA AMAN

Pemerintah Prancis dan Inggris berencana mengajukan resolusi pada pertemuan darurat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pekan depan terkait Afghanistan.

Dalam surat kabar Le Journal du Dimanche (JDD) yang terbit Minggu (29/8/2021), Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan kedua negara akan mengusulkan zona aman di Kabul untuk melindungi orang-orang yang ingin meninggalkan negara tersebut.

Pasukan Taliban saat berhasil menduduki Ibu Kota Afganistan, Kabul, pada Minggu (15/8/2021)./DW.com

"Proposal resolusi kami bertujuan untuk menentukan zona aman di Kabul, di bawah kendali PBB, yang akan memungkinkan operasi kemanusiaan berlanjut," kata Macron dikutip Antara, Minggu (29/8/2021).

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres berencana mengadakan pertemuan antara Afghanistan dengan utusan anggota tetap Dewan Keamanan PBB, yang terdiri dari Inggris, Prancis, Amerika Serikat, China, dan Rusia.

Macron mengatakan pada Sabtu bahwa Prancis mengadakan diskusi awal dengan Taliban tentang situasi kemanusiaan di Afghanistan dan kemungkinan evakuasi lebih banyak orang dari negara itu.

Pasukan militer AS, yang telah menjaga bandara di Kabul, akan ditarik pada tenggat Selasa yang ditetapkan oleh Presiden Joe Biden. Prancis termasuk di antara negara-negara yang juga telah mengakhiri evakuasi dari bandara Kabul. (Edi Suwiknyo, Aprianto Cahyo Nugroho)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Saeno

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.