Tiga Masalah Besar Membelit Garuda Indonesia

Menteri BUMN Erick Thohir telah memetakan upaya untuk menyelesaikan tiga masalah yang menyebabkan Garuda Indonesia terancam bangkrut.

3 Jun 2021 - 20.03
A-
A+
Tiga Masalah Besar Membelit Garuda Indonesia

Garuda Indonesia - istimewa

Bisnis, JAKARTA - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah memetakan tiga masalah yang menjerat PT Garuda Indonesia Tbk. Kementerian itu pun telah membuat strategi untuk menyelesaikan masalah tersebut. 

Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan salah satu masalah emiten berkode GIAA yaitu beban besar dari 36 lessor. Dia dengan tegas meminta Garuda Indonesia bernegosiasi karena biaya yang dibebankan lessor terlalu tinggi. 

Selain itu, dia meminta Garuda Indonesia tidak bekerja sama dengan lessor yang terbukti korupsi. "Mana yang masuk kategori dan bekerja sama di kasus sudah dibuktikan koruptif, yang pasti stand still negosiasi keras. Mesti jujur ada lessor tak ikut kasus itu, tetapi hari ini kemahalan, karena kondisi, beban terberat itu," katanya dalam rapat kerja di Komisi VI DPR, Kamis (3/6/2021). 

Erick juga menyebut Garuda Indonesia harus mengubah bisnis model untuk mengurangi beban keuangan yang menumpuk. Hal itu juga harus dilakukan oleh banyak BUMN di tengah pandemi Covid-19.

 

 

Untuk mengurai masalah tersebut, Erick meminta Garuda Indonesia fokus pada pasar domestik. Berdasarkan data sebelum pandemi, orang traveling 78 persen berasal dari domestik dan 22 persen asing.

Selain itu, Indonesia merupakan negara kepulauan sehingga ada potensi dari pasar domestik. Sedangkan internasionalnya hanya sebatas membantu mobilisasi ke Indonesia. 

Hal itu berbeda dengan maskapai milik negara kecil yang biasanya melakukan bisnis penerbangan internasional. Erick pun meminta Garuda Indonesia tidak perlu mencontoh bisnis model seperti itu. 

"Ketiga mengenai kebijakan, BUMN tidak bisa berkelanjutan kalau kebijakan berubah-berubah, saya sudah banyak bicara dengan Kementerian Perhubungan, airport tidak bisa semua open sky untuk pesawat asing mendarat," ujarnya. 

Menurut Erick, melihat realita Covid-19, tidak mungkin titik kedatangan internasional ke Indonesia seperti dahulu, namun perlu dikerucutkan. Pandemi Covid-19 pun menjadi kesempatan sinkronisasi bandara.

Sehingga ada bandara-bandara tertentu yang dibuka untuk penerbangan internasional. Dari bandara tersebut, perjalanan ke 20 kota di sekitarnya dapat menggunakan Garuda Indonesia atau maskapai swasta. 

Hal itu pun sudah diterapkan sejumlah negara. "Kita ke AS hanya beberapa airport yang dibuka untuk internasional dan di China juga begitu. Kebijakan ini sangat berpengaruh ke kita," imbuhnya.

(Reporter : Rinaldi Mohammad Azka)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.