Menakar Dampak Penguatan Hilirisasi Industri Tambang

Dengan penghiliran diharapkan memberikan manfaat yang lebih besar kepada negara, terlebih sektor ini belakangan menjadi salah satu penopang penting pertumbuhan ekonomi nasional, sejalan dengan peningkatan permintaan dan lonjakan harga komoditas tambang.

Ibeth Nurbaiti

13 Okt 2022 - 19.30
A-
A+
Menakar Dampak Penguatan Hilirisasi Industri Tambang

Aktivitas tungku smelter nikel di PT VDNI di kawasan industri di Kecamatan Morosi, Konawe, Sulawesi Tenggara, Jumat (9/9/2022). Smelter nikel yaitu PT VDNI dan PT OSS yang berada di kawasan tersebut mengadopsi teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) untuk memproses nikel dan AOD furnace ke produk akhir yaitu stainless steel. ANTARA FOTO/Jojon

Bisnis, JAKARTA — Pemerintah terus berupaya mendorong investasi terintegrasi untuk pengembangan industri hulu hingga hilir dari komoditas tambang mineral dan logam. Program penghiliran komoditas mineral dan logam tersebut tak hanya sampai pada pengolahan barang setengah jadi, tetapi juga diharapkan menjadi produk jadi.

Dengan penghiliran tersebut, diharapkan memberikan manfaat yang lebih besar kepada negara, terlebih sektor ini belakangan menjadi salah satu penopang penting pertumbuhan ekonomi nasional, sejalan dengan peningkatan permintaan dan lonjakan harga komoditas tambang.

Baca juga: Tatkala Penghiliran Tambang Bukan Hanya Sebatas Angan

Dalam berbagai kesempatan, Presiden Joko Widodo berulang kali mengingatkan pentingnya penghiliran karena tidak hanya memperoleh manfaat yang lebih besar dari segi nilai, pembangunan industri pengolahan dan pemurnian (smelter) yang terintegrasi dari hulu hingga hilir sekaligus menjadi jembatan bagi Indonesia untuk naik kelas.

Sejalan dengan itu, Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menyampaikan bahwa APBN akan terus diarahkan untuk mendukung aktivitas dunia usaha, termasuk melalui insentif pajak.

Baca juga: Ketar-Ketir Industri Domestik Dibayangi Pasokan Ketat Batu Bara

“Kita terus mendorong ada hilirisasi, insentif ini kita pakai supaya bisa mendorong hilirisasi, hilirisasi di minerba [mineral dan batu bara], hilirisasi di kelapa sawit,” ujarnya, Rabu (12/10/2022).  

Bagaimana pun, imbuhnya, APBN berperan sebagai alat untung mendorong multiplier effect di dalam perekonomian, juga sebagai katalis bagi pengembangan dunia usaha. Untuk itu, berbagai insentif diberikan pemerintah untuk mendorong penghiliran di dalam negeri.

Sejumlah insentif yang diberikan diantaranya fasilitas bea masuk, tax holiday, dan tax allowance. Dia berharap agar pemberian insentif tersebut dapat mendorong penghiliran berbagai komoditas, seperti minerba dan kelapa sawit.

“Ini setiap tahun dihitung, berapa yang kita berikan dan berapa yang tidak jadi diterima oleh negara,” kata Suahasil.

Baca juga: Sepak Terjang Penghiliran Nikel yang Pikat Investor

Sementara itu, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia menyebutkan bahwa program penghiliran komoditas mineral dan logam tak cukup hanya sampai dengan pengolahan barang setengah jadi.

Sejalan dengan itu, pemerintah tengah mendorong pengembangan industri baterai kendaraan listrik untuk menyerap hasil olahan nikel. “Nikel sekarang, tidak cukup kita melakukan hilirisasi setengah jadi, kita buat hilirisasinya 70 persen—80 persen. Bagaimana kita kembangkan kepada baterai,” kata Bahlil saat acara Investor Daily Summit 2022 di Jakarta Convention Center, Rabu (12/10/2022).

Baca juga: LNG Tangguh Train 3 Dikebut, PLN Dibayangi Kenaikan Harga Gas

Saat ini, perusahaan patungan antara PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC) dengan Hyundai Motor Group dan LG Energy Solution tengah membangun pabrik baterai kendaraan listrik di Karawang, Jawa Barat. 

Menurut Bahlil, investasi itu berhasil untuk memastikan pasokan nikel di hulu terserap hingga menjadi produk jadi berupa baterai kendaraan listrik. “Investasi sebesar Rp142 triliun ini membentuk JV dengan BUMN mulai dari penambangan, smelter, prekursor, katoda sampai kerja sama dengan mobilnya Hyundai sudah terealisasi di Indonesia,” ujarnya.


Pabrik baterai kendaraan listrik tersebut ditargetkan dapat mulai berproduksi atau (commercial operation date/COD) pada tahun depan. Dengan demikian, dia memastikan investasi saat ini akan mampu menyerap potensi limpahan mineral dan logam hasil pemurnian smelter dalam negeri.

“Pada 2024 Januari, kita sudah menghasilkan baterai sel mobil, smelter sudah ground breaking kerja sama dengan Antam,” tuturnya.

Baca juga: Resah dan Gelisah Mengejar Target Lifting di Tengah Tuntutan EBT

Tak bisa dimungkiri, pengembangan industri hilir dengan nilai tambah yang lebih tinggi terutama untuk sumber daya alam seperti mineral, diyakini dapat memperkuat struktur perekonomian nasional. 

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo pernah mengungkapkan bahwa ada tiga alasan utama mengapa penghiliran sumber daya mineral sangat diperlukan.

Baca juga: Lonjakan Subsidi dan Kompensasi BBM di Depan Mata

Pertama, pembentukan industri hilir akan menciptakan nilai tambah yang lebih tinggi, sehingga mendukung ekspor dan membuat Indonesia semakin terhubung dengan rantai nilai global. Kedua, adanya industri hilir akan mengurangi ketergantungan impor produk manufaktur yang bernilai tambah lebih tinggi.


Ketiga, pengembangan industri dengan nilai tambah yang lebih tinggi akan membentuk keterkaitan dalam negeri dengan industri pendukung, sehingga mencapai pertumbuhan yang lebih inklusif.

Adapun, penghiliran nikel menjadi baterai kendaraan listrik telah dimulai dengan pembangunan pabrik di Karawang, Jawa Barat. Proyek tersebut telah diresmikan pembangunannya oleh Presiden Joko Widodo pada tahun lalu. (Nyoman Ary Wahyudi/Maria Elena)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Ibeth Nurbaiti

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.