Pandemi Berkepanjangan, Perencana Kota Perlu Atur Tata Ruang

Para perencana wilayah atau perkotaan dapat memainkan peran penting sebagai bagian dari upaya mencegah berlanjutnya penularan virus corona jenis Covid-19.

M. Syahran W. Lubis

15 Sep 2021 - 15.19
A-
A+
Pandemi Berkepanjangan, Perencana Kota Perlu Atur Tata Ruang

Salah satu potret kehidupan riil perkotaan di Jakarta./Antara

Bisnis, JAKARTA – Upaya mengatasi pandemi virus corona jenis Covid-19 memiliki keterkaitan dengan peran para perencana atau ahli di bidang planologi.

Menurut Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, perencanaan wilayah dan kota serta profesi perencana berperan penting dalam mendukung upaya melewati pandemi Covid-19.

Pada dasarnya peningkatan kasus infeksi Covid-19 terjadi akibat adanya kerumunan penduduk. Dengan ketidakpastian mengenai kapan pandemi akan berakhir, menjadi penting bagi para perencana wilayah dan kota perlu mengatur bagaimana tata ruang tidak berpotensi menimbulkan kerumunan.

“Selain itu, penting bagaimana tata ruang dan rancang bangunan dapat mengakomodasi lebih banyak ruang terbuka, sirkulasi udara, dan cahaya matahari untuk mematikan virus,” ungkap Menkes pada satu webinar belum lama ini.

Budi juga mengingatkan pentingnya memahami pandemi melalui data dan riset serta upaya untuk meratakan kurvanya agar perencanaan dapat menghasilkan kebijakan yang paling tepat untuk membawa Indonesia keluar dari pandemi.

Sementara itu, Ketua Tim Akselerasi Pembangunan Jawa Barat Diding Sakri berpandangan bahwa perencanaan perlu memerhatikan karakter pandemi dan dampaknya yang bersifat regional, terutama terkait dengan ekonomi dan ketenagakerjaan.

Diding menyebut kasus Covid-19 terkonsentrasi di wilayah perkotaan yang didominasi kegiatan sektor manufaktur dan jasa. Pemprov Jabar memfokuskan vaksinasi di daerah-daerah dengan kasus infeksi covid terbesar dan saat ini vaksinisasi di provinsi itu adalah yang tercepat di Jawa.

Di Jabar, terjadi penurunan 700.000 pekerjaan di hampir semua sektor kecuali pertanian, kehutanan, dan perikanan yang diiringi penurunan produk domestik regional bruto (PDRB) sekitar Rp1.520 triliun.

PENYESUAIAN TATA RUANG

Sementara dari perspektif perencanaan kota, Kepala Bappeda DKI Jakarta Nasruddin Djoko Surjono menyampaikan sejumlah penyesuaian yang harus dilakukan oleh Pemprov DKI dalam hal penganggaran dan perencanaan tata ruang.

Salah satu isu penting yang dihadapi DKI Jakarta saat ini adalah peningkatan jumlah anak yatim piatu yang perlu dibantu oleh pemerintah dalam jangka panjang.

Djoko menyebut bahwa selain menghadapi pandemi, DKI juga tetap perlu tetap mengejar tujuan-tujuan pembangunan utama untuk mengantisipasi masa depan, antara lain visi DKI Jakarta untuk menjadi pandemic-proof city, crisis-resilient city, digitally advanced city, dan sustainable & livable city.

Peneliti dari Digital Business Ecosystem Research Center Dodie Tricahyono menyampaikan pentingnya memahami perubahan gaya hidup akibat pandemi yang dirangkum dalam istilah Megashift: stay@home lifestyle (online shopping, do-it-yourself), empathic society, go virtual, bottom of the pyramid (contact-free, pay-later, staycation).

Perubahan gaya hidup menjadi masukan ke dalam model pertumbuhan perkotaan untuk mengetahui bagaimana dampak pandemi terhadap tata ruang.

Pandemi Covid-19 mempercepat transformasi digital yang akan menjadikan teknologi digital tidak sekadar teknologi, melainkan juga gaya hidup.

Percepatan transformasi ini perlu diantisipasi dan dikawal oleh perencanaan, karena meskipun Internet of Things (IoT) dapat memberikan efisiensi dalam berbagai proses, tidak otomatis akan meningkatkan kualitas kehidupan.

Isu perubahan komposisi pekerjaan dan migrasi menjadi hal yang ditekankan Mohammad Faisal, Direktur Eksekutif CORE Indonesia. Pandemi meningkatkan pekerjaan sektor informal karena banyak perusahaan di sektor formal yang terpaksa merumahkan pegawainya.

Dia mengemukakan penataan ruang perlu untuk memperhatikan isu ini mengingat informalitas ketenagakerjaan memiliki kaitan yang erat dengan permukiman informal. Hal ini diperparah dengan fakta bahwa bahkan sebelum pandemi pun, jumlah tenaga kerja di sektor manufaktur sudah menurun akibat peningkatan upah minimum yang cukup besar dan kecenderungan otomatisasi.

Selama pandemi, terjadi peningkatan pertumbuhan pendapatan dari minimarket, sementara supermarket atau retail besar justru anjlok. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat potensi kegiatan ekonomi perdagangan yang dekat dengan tempat tinggal penduduk.

Isu penting terakhir yang perlu menjadi perhatian perencana adalah, karena banyak penduduk menghindari kerumunan di pusat kota, permintaan lahan di wilayah peri-urban atau pinggir kota akan meningkat, sehingga harga lahan juga akan meningkat dan berisiko membuat sulit penduduk berpenghasilan rendah untuk dapat mengakses ruang untuk tempat tinggal.

Sementara itu, Pitra Moeis, Monitoring & Evaluation Specialist WWF Indonesia, mengingatkan pentingnya untuk menyadari dan memahami perbedaan dampak pandemi dan tata ruang antara Jawa dan di wilayah lainnya di Indonesia.

“Pendekatan dan muatan perencanaan harus dirumuskan secara spesifik menyesuaikan dengan karakteristik wilayah yang akan direncanakan,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Syahran Lubis

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.