Perebutan Dominasi Layanan Gojek & Grab Selama PPKM

Transaksi layanan pesan antar makanan selama periode pembatasan mobilitas masyarakat diproyeksi meningkat 10%—20%.

24 Jun 2021 - 21.21
A-
A+
Perebutan Dominasi Layanan Gojek & Grab Selama PPKM

Pengemudi Ojek Online membeli pesanan makanan yang diorder dari aplikasi di Jakarta./Bisnis-Arief Hermawan P

Bisnis, JAKARTA — Persaingan Gojek dan Grab dalam memaksimalkan cuan layanan pesan antar mulai memanas. Kedua raksasa ride-hailing app saling beradu gimik untuk mengompensasi turunnya pendapatan dari layanan ojek yang dibatasi selama PPKM mikro.

VP Corporate Communications Gojek Audrey P Petriny mengatakan perusahaan menghormati dan mematuhi keputusan Pemerintah dalam memberlakukan penguatan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) skala mikro guna mencegah penyebaran Covid-19.

“Hingga saat ini operasional layanan Gojek seperti layanan transportasi—GoRide, GoCar, dan GoBlueBird—tetap beroperasi dengan mengedepankan protokol kesehatan yang lengkap dan sesuai ketentuan pemerintah,” ujarnya, Kamis (24/6/2021).

Lebih lanjut, dia mengatakan untuk layanan pesan antar makanan, GoFood juga tetap beroperasi sesuai dengan ketentuan waktu operasional pesan antar rumah makan dan gerai swalayan yang ditetapkan pemerintah.

Tidak hanya itu, dia mengatakan terdapat program vaksinasi bagi mitra merchant dan mitra driver yang saat ini telah dilaksanakan di 30 kota dan kabupaten di Indonesia.

Dia menyebutkan strategi tersebut dilakukan untuk mendukung masyarakat dalam menjalani kesehariannya dengan aman.

Sementara itu, Juru Bicara Grab Indonesia mengatakan berbagai layanan mulai dari GrabFood, GrabExpress, GrabMart, hingga GrabBike dan GrabCar akan tetap dengan keamanan sesuai peraturan yang berlaku dan protokol kesehatan yang ketat.

Dia juga mengatakan perusahaan akan terus melakukan upaya yang terbaik untuk menjaga kesejahteraan para mitra, serta melindungi kesehatan dan keselamatan mereka mereka dan masyarakat.

Hal ini sejalan dengan protokol GrabProtect, imbuhnya, perusahaan menghadirkan tampilan di aplikasi Grab ketika konsumen melakukan pemesanan Grab Transport yang menunjukkan status vaksinasi Mitra Pengemudi.

“Mitra Pengemudi juga akan menempelkan stiker Saya Sudah Divaksin di kendaraan dan helm mereka. Upaya vaksinasi kepada Mitra Pengemudi Grab telah dilakukan agar konsumen terus merasa nyaman menggunakan layanan Grab,” jelasnya.

Bendahara Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) Edward Ismawan Chamdani mengatakan pengetatan PPKM akan berpengaruh terhadap perusahaan ride-hailing app yang terpaksa harus kembali berfokus ke layanan pesan antar makanan dan minuman.

Edward meyakini permintaan layanan pesan antar makanan akan meningkat karena keterbatasan masyarakat untuk mengakses restoran dan ritel secara luring.

“Jika, PPKM ketat makin diberlakukan lagi, [kenaikan pemesanan makanan] akan naik sekitar 10%—20%,” ujarnya.

Kendati demikian, Kepala Center of Innovation and Digital Economy Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda mengatakan pelaku superapp tidak bisa hanya mengandalkan layanan pesan antar untuk bertahan sepanjang kegiatan pembatasan dilakukan.

“Merujuk data Google dan Temasek permintaan untuk pesan antar makanan hanya mencapai 34% pada 2020. Ini belum cukup, tetapi apabila ditambah antar barang bisa menjadi andalan untuk mengerek pendapatan dari layanan ojek daring,” katanya.

Berdasarkan data Google, Temasek & Bain pada 2020, layanan pesan antar makanan dan belanja daring merupakan subsektor yang kebal terhadap pandemi di mana masing-masing meningkat di 34% dan 33%.

Huda meyakini fokus ke layanan jasa kurir dan jasa pesan antar makanan menjadi pilihan rasional saat ini di tengah penurunan pendapatan untuk antar jemput penumpang sehingga masih ada pemasukan bagi mitra dan perusahaan.

“Transaksi bisnis saat PPKM bisa naik hingga 10%—12% ketika pandemi. Seharusnya ada sebagian pendapatan untuk kesejahteraan kurir dan ojol,” ujar Huda.

Pengemudi Ojek Online membeli pesanan makanan yang diorder dari aplikasi di Jakarta. Bisnis/Arief Hermawan P 

JANGAN BERHARAP

Di lain sisi, perusahaan ride-hailing app dinilai tidak boleh hanya berharap dari pendapatan pesan antar makanan dengan pertumbuhan seperti tahun sebelumnya pada kebijakan PPKM Mikro kali ini.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan daya beli masyarakat saat ini tidak setinggi pada tahun 2020 lalu sehingga menurutnya setiap pemain harus menyiapkan strategi lain untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan ke depan.

“Sepertinya harus masuk ke bisnis lain yang lebih menguntungkan seperti bisnis jasa pembayaran, dan logistik parsel,” katanya.

Lebih lanjut, dia menjelaskan untuk segmen bisnis logistik parsel, setiap pemain bisa berkolaborasi dengan platform dagang-el.

Menurutnya, perusahaan transportasi daring yang sudah terintegrasi dengan layanan dagang-el akan memenangkan persaingan selama pengetatan mobilitas.

“Atau tidak percepat lakukan IPO atau pencarian dana publik untuk menjaga arus kas,” ujarnya.

Tidak hanya itu, dia mengatakan kolaborasi dengan sektor lain menjadi harapan kuat untuk menjaga nafas bisnis di tengah keadaan yang kian tidak pasti, selain bisnis logistik, layanan antar makanan dapat berkolaborasi dengan sektor makanan dan minuman (mamin) dan cloud kitchen.

Senada, Partner di firma konsultan manajemen global Kearney Siddharth Pathak mengatakan dampak ekonomi dari Covid-19 dan preferensi konsumen terus berkembang sehingga perusahaan jasa makanan harus segera melakukan pengaturan dan investasi ulang yang signifikan pada bisnis mereka.

Menurutnya, dengan pengaturan ulang, biaya bisnis dapat dialokasikan sebanyak 30% ke dalam model operasi baru, seperti cloud-kitchen, restoran yang baru, atau restrukturisasi.

Alhasil, dia meyakini pengoptimalan tersebut dapat menghemat lebih dari 10% biaya bisnis perusahaan yang turut didorong oleh penyesuaian staf, biaya sewa, dan sumber bahan dapur.

“Penghematan ini juga dapat dimanfaatkan guna mendanai digitalisasi dan strategi komunikasi untuk membentuk kepercayaan konsumen dan persepsi brand yang positif,” katanya lewat rilisnya.

Berdasarkan laporan Food for Thought: Evolution of Food Services Post-Covid-19 in Asia oleh Kearney, pada 2020, pasar layanan makanan di Asia menyusut sebanyak 25%—30% menjadi sekitar US$952 miliar.

Indonesia, seperti halnya India dan Filipina, terkena dampak parah dengan penurunan sebanyak 35%—45%.

Namun, laporan tersebut mencatat pelaku industri yang justru berkembang pesat di tengah penurunan pasar adalah mereka yang dengan cepat beradaptasi dengan model bisnis berbasis teknologi yang inovatif.

Laporan tersebut melihat pengiriman makanan daring di Asia meningkat sebanyak 30% pada 2020, padahal pada 2019 bahkan tidak mencapai 20%.

Pathak meyakini restoran perlu beralih ke model hybrid network atau jaringan hibrida yang menggabungkan toko fisik yang lebih kecil, cloud-kitchen dan outlet khusus untuk takeaway.

 “Kehadiran restoran flagship akan tetap relevan untuk membangun kehadiran brand, tetapi ukuran akan lebih kecil 15% karena berkurangnya pelanggan yang makan di tempat. Sebanyak 30% portofolio perusahaan juga akan dialokasikan untuk cloud kitchen,” ujar Shirley.

Untuk bisnis layanan makanan mandiri yang lebih kecil, laporan Kearney menunjukkan bahwa mereka mungkin perlu menutup toko fisik mereka, kemudian beralih sepenuhnya ke cloud kitchen.

PENDAPATAN OJOL

Pada perkembangan lain, Garda Indonesia—asosiasi pengemudi ojek online (ojol)— memprediksi kebijakan pemerintah dalam mengetatkan PPKMmikro akan berdampak signifikan bagi pendapatan mitra driver.

Ketua Presidium Gabungan Aksi Roda Dua (Garda) Indonesia Igun Wicaksono mengatakan akan ada penurunan pendapatan sekitar 20%—30% akibat adanya pembatasan jam operasional tempat usaha maupun restoran.

“Prediksi kami dampak PPKM [akan membuat trafik] penumpang akan turun 30%, layanan makanan turun 10%—20% khususnya pada jam resto harus tutup pada jam 20.00 WIB. Jadi, secara rata-rata ada penurunan pendapatan secara prediksi di angka 20%—30%,” ujarnya.

Sebagai informasi, PPKM mikro mengacu pada Instruksi Mendagri Nomor 3 Tahun 2021 yang memuat tentang PPKM berbasis mikro dan pembentukan posko penanganan Covid-19 di tingkat desa dan kelurahan dalam rangka pengendalian Covid-19.

Kebijakan ini juga menghentikan sementara sejumlah fasilitas umum, mengatur kapasitas dan jam operasional transportasi umum, dan kegiatan sosial budaya yang berpotensi menimbulkan kerumunan.

Igun melanjutkan, meskipun adanya potensi penurunan pendapatan, tetapi diberlakukannya kembali PPKM mikro per 22 Juni 2021 merupakan langkah preventif yang tepat dalam rangka pencegahan dan penanggulangan bencana wabah Covid-19.

Penyebabnya, dia menilai bila pembatasan ruang gerak tidak dilakukan dan skenario terburuk terjadi, yaitu penyebaran virus makin meluas hal tersebut akan memberikan dampak yang lebih signifikan bagi mitra.

Oleh sebab itu, dia menegaskan asosiasi lebih memandang kebijakan ini merupakan sinyal positif dan mereka mendukung langkah preventif tersebut.

Igun menyebutkan, PPKM mikro saat ini tidak seketat saat kebijakan PSBB sebelumnya, yakni masih ada kelonggaran-kelonggaran bagi pengemudi ojol untuk tetap berkesempatan mencari nafkah.

Lebih lanjut, dia menjelaskan strategi hanya mengandalkan layanan pesan makanan tidak efektif untuk menggantikan pendapatan dari layanan ojek daring sehingga selain mengandalkan layanan pesan antar makanan, mereka fokus ke kiriman barang.

“Mengingat e-commerce maju pesat saat pandemi Covid-19 sehingga trafik kiriman barang melalui layanan ojol juga meningkat signifikan bisa hingga 60%, inilah yang menjadi andalan utama pengemudi ojol saat ini untuk tetap bertahan.”

Reporter : Akbar Evandio

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.