Petik Pelajaran Penting Berbisnis Asuransi Lewat Kasus Jiwasraya

Kasus Jiwasraya mengajarkan bahwa hanya perusahaan yang berkualitas dan dapat dipercaya yang bakal bertahan. 

21 Mei 2021 - 22.07
A-
A+
Petik Pelajaran Penting Berbisnis Asuransi Lewat Kasus Jiwasraya

Warga melintas di dekat logo Asuransi Jiwasraya di Jakarta, Kamis (25/12/2019). Bisnis - Himawan L Nugraha

Bisnis, JAKARTA - Masalah gagal bayar polis oleh PT Asuransi Jiwasraya (Persero) menjadi pelajaran berharga bagi industri asuransi. Terutama dalam penerapan prinsip dasar bisnis asuransi. 

Menurut Ketua Tim Solusi Jangka Menengah Restrukturisasi Polis Jiwasraya Angger P. Yuwono, pelaku industri asuransi jiwa seharusnya sudah memahami prinsi dasar dari bisnis proteksi. Hal itu menyangkut premi yang dibayarkan di depan dan manfaat yang dibayarkan di  belakang, bahkan saat tertanggung wafat. 

Dengan prinsip tersebut, bisnis asuransi jiwa menghadapi proses manajemen risiko yang lebih menantang dibandingkan lembaga jasa keuangan lainnya. Meski begitu, masih ada penyelenggara bisnis asuransi jiwa yang tidak menerapkan prinsip tersebut seperti Jiwasraya. 

"Saya dulu [sebelum bergabung ke Jiwasaraya] sudah mendengar selentingan insolvensi di Jiwasraya, insolvensi kecil, dan itu berpeluang menjadi insolvensi yang lebih besar," kata Angger dalam Dialog Bisnis bertajuk Menakar Prospek Industri Asuransi di Tengah Pandemi Covid-19 yang digelar Bisnis Indonesia pada Jumat (21/5/2021).

Menurutnya, kondisi insolvensi seperti yang terjadi di Jiwasraya kala itu berpotensi memacu perusahaan asuransi mencari siasat untuk menutup celah tersebut. Dalam konteks Jiwasraya, penerbitan produk saving plan menjadi salah satu siasat karena dapat mendatangkan premi besar. 

Meski begitu, cara itu membuat persoalan insolvensi menjadi pecah dan mengakibatkan gagal bayar. Sehingga pemerintah harus melakukan restrukturisasi untuk menyelamatkan polis melalui PT Asuransi Jiwa IFG (IFG Life).

"Kalau posisi aset di bawah liabilitas, ada peluang perusahaan ingin mendapatkan return yang lebih besar jadi mengejar aset tidak berkualitas. Apalagi, dengan cara menjual produk yang kemudian berisiko berakhir dengan keterpurukan," ujarnya. 

Hal tersebutlah yang diharapkan Angger menjadi pelajaran penting bagi perusahaan-perusahaan asuransi jiwa. Terutama dalam menerapkan tata kelola perusahaan dan memenuhi prinsip-prinsip dasar asuranasi. 

Pasalnya, hanya perusahaan asuransi yang dapat bertahan yang menjaga kualitas dan dipercaya masyarakat. "Saya percaya dengan ungkapan at the end of the day, only the trusted can survive. Ini sangat tepat dalam konteks asuransi," ujar Angger. 

(Reporter : Wibi Pangestu Pratama)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.