Selalu Kalah dari Singapura, Apa Problem Unikorn di Indonesia?

Di Asia Tenggara, Indonesia merupakan lumbung startup terbesar dengan total 2.219 perusahaan rintisan yang eksis pada 2021. RI juga merupakan negara penghasil startup terbanyak kelima dunia setelah Amerika Serikat, India, Inggris, dan Kanada.

26 Agt 2021 - 12.28
A-
A+
Selalu Kalah dari Singapura, Apa Problem Unikorn di Indonesia?

Gojek, satu-satunya dekakorn dari Indonesia./dok. Kemenparekraf

Bisnis, JAKARTA — Kendati Indonesia tercatat sebagai negara penghasil startup terbanyak di Asean, jumlah unikorn yang mampu ditelurkan di negara ini terus kalah dibandingkan dengan Singapura. Apa pemicunya?

Menyitir data CB Insight, jumlah perusahaan rintisan (startup) di Asia Tenggara dengan valuasi di atas US$1 miliar mencapai 21 entitas, dengan perincian 17 berstatus unikorn dan 4 dekakorn.

Laporan tersebut juga mencatatkan Singapura sebagai negara penghasil unikorn dan dekakorn terbanyak di kawasan, dengan total 11 perusahaan yang terdiri dari 8 entitas bervaluasi di atas US$1 miliar dan 3 di atas US$10 miliar.

Perincian unikorn di Singapura a.l. Lazada, HyalRoute, Trax, PatSnap, Moglix, Matrizport, Carro, dan NIUM. Adapun, penyandang dekakorn a.l. Sea (dahulu Garena), Grab, dan Razer.

Sementara itu, Indonesia menyumbang tujuh entitas di Asean, dengan perincian Tokopedia, Bukalapak, J&T Express, Traveloka, Ovo, dan OnlinePajak sebagai unikorn; serta Gojek sebagai satu-satunya dekakorn.

Di Asia Tenggara, padahal, Indonesia merupakan lumbung startup terbesar dengan total 2.219 perusahaan rintisan yang eksis pada 2021. RI juga merupakan negara penghasil startup terbanyak kelima dunia setelah Amerika Serikat, India, Inggris, dan Kanada.

Ketertinggalan Indonesia dari Singapura dalam mencetak startup bervaluasi tinggi dipicu oleh sejumlah faktor.

Ketua Umum Indonesian Digital Empowering Community (IDIEC) M. Tesar Sandikapura menjelaskan faktor pertama adalah minimnya pendidikan akan talenta digital berkualitas yang merata.

“Ketimpangan ini menyulitkan Indonesia untuk membangun startup level dunia karena yang diperlukan tidak hanya kualitas, tetapi juga kuantitas,” ujarnya saat dihubungi, Rabu (25/8/2021).

Kedua, sebut Tesar, unikorn Indonesia cenderung hanya berfokus pada pasar lokal atau paling jauh berekspansi ke Asia Tenggara. Masih sedikit yang bergerak di berbagai bidang dan merambah berbagai macam pasar.

Ketiga, nilai mata uang rupiah yang lebih rendah dibandingkan dengan dolar Amerika Serikat—yang menjadi tolak ukur perusahaan unikorn—menyulitkan pemain rintisan menembus nilai US$1 miliar dengan keuntungan perusahaan dari hasil jual beli.

Keempat, masyarakat Indonesia cenderung terlambat untuk menyadari pentingnya teknologi informasi untuk pembangunan ekonomi.

“Hal ini karena pekerja masih terpaku ke industri-industri yang sudah mapan sebelumnya seperti alat berat, kendaraan, asuransi, dan perbankan,” jelasnya.

Namun, Tesar menyebutkan unikorn bukan patokan ekosistem perusahaan rintisan di suatu negara dinilai bertumbuh baik atau tidak.

Sebab, secara pembukuan, sejumlah unikorn juga masih melakukan skema bakar uang sehingga mengalami pendapatan yang negatif.

“Alhasil, mereka mulai melirik IPO [initial public offering] karena kebutuhan pendanaan mulai surut untuk perusahaan-perusahaan di level mereka sulit untuk dilirik modal ventura. Pemodal Indonesia lebih fokus ke tahap benih hingga centaur,” ujarnya.

Kendati demikian, Tesar masih optimistis jumlah unikorn di Indonesia akan bertambah hingga 1—2 entitas pada akhir 2021 dengan sektor paling memungkinkan dari vertikal dagang-el (e-commerce), teknologi kesehatan (healthtech), teknologi agrikultura (agritech), dan teknologi pendidikan (edutech). 

Penyebabnya, hingga akhir 2021 unikorn akan turut melakukan pencarian dana publik dan berpeluang ada beberapa pemain baru yang melantai di bursa sehingga fenomena tersebut mengartikan era digital memang bertumbuh pesat pada era pandemi Covid-19.

RUANG TUMBUH

Dari sudut pandang perusahaan modal ventura, CEO PT Mandiri Capital Indonesia (MCI) Eddi Danusaputro menilai Indonesia masih akan menjadi magnet besar bagi perusahaan rintisandi Asia Tenggara untuk menumbuhkan prospek bisnis setiap pemain.

Terlebih, banyak perusahaan rintisan di luar negeri yang turut mengincar pasar Indonesia sebagai bagian dari perjalanan ekspansi bisnisnya.

“Bisnis di Indonesia turut menjadi penyumbang pendapatan mereka. Meskipun berdiri di luar negeri, pangsa pasar yang disasar dari Indonesia,” ujarnya.

Bendahara Asosiasi Modal Ventura dan Startup Seluruh Indonesia (Amvesindo) Edward Ismawan Chamdani menambahkan unikorn selalu hadir di sebuah negara dengan pangsa pasar yang besar dan masih ada ruang untuk tumbuh.

“Indonesia di Asia Tenggara merupakan kontributor pangsa pasar terbesar, beberapa unikorn yang memfokuskan di Asia Tenggara dan pembentukan awal bukan di Indonesia biasanya memilih Singapura sebagai kantor pusatnya,” ujarnya.

Lebih lanjut, dia berpendapat hal ini yang menjadi salah satu penyebab mengapa beberapa unikorn dan dekakorn tidak dihitung sebagai startup Indonesia, meskipun traksi mereka banyak di Indonesia.  “Sebagai contoh Shopee, Grab dan Lazada,” lanjutnya.

Edward melanjutkan para pendiri rintisan [founder] justru lebih baik memperkuat pangsa pasar di negeri sendiri—yang notabene terbesar di Asean—sebelum ekspansi ke luar negeri.

Namun, untuk menciptakan unikorn, founder lokal juga perlu didukung oleh ekosistem startup yang memadai dan hal tersebut tengah berkembang secara bertahap di Indonesia.

“Investasi dari modal ventura, angel investor, inkubator, akselerator, venture builder, dan program event startup yang sudah cukup banyak digelar merupakan bukti keseriusan menyehatkan ekosistem ini, terbukti juga jumlah startup kita termasuk banyak di dunia,” katanya.

KATEGORI SEHAT

Di tempat terpisah, Vice President of Investments MDI Ventures Aldi Adrian Hartanto  Pertumbuhan berpandangan jumlah perusahaan rintisan yang menyandang status unikorn di Indonesia diyakini masih dalam kategori sehat.

Perrgerakan perintis Indonesia untuk naik level dan menyandang gelar unikorn terus membaik, tecermin dari lahirnya dua unikorn baru di Indonesia—J&T Express dan OnlinePajak—pada saat pandemi tahun ini.

“Indonesia terus membenahi tantangan yang dibutuhkan mulai dari infrastruktur dan penetrasi internet yang lebih merata serta kebutuhan talenta digital yang berkualitas dengan menyesuaikan kurikulum digital di bangku pendidikan dan menghadirkan pelatihan serta program inkubasi.”

Menurut Aldi, kebanyakan startup Singapura melakukan ekspansi ke negara-negara lain sehingga membuat modal ventura yang berfokus untuk mendanai unikorn melirik mereka.

“Ada alasan kenapa beberapa negara bisa lebih kencang karena investor yang lebih aktif menyuntikan dana, salah satu kecepatan unikorn terletak dari pendanaan. Modal ventura di Indonesia masih berfokus untuk menyasar perusahaan rintisan di level benih hingga centaur,” tuturnya.

Lebih lanjut, dia menjelaskan untuk modal ventura di Indonesia yang berfokus untuk menyasar pendanaan ke unikorn masih sedikit dan masih bertumbuh jumlahnya.

Multiplikasi diduga jadi salah satu penyebabnya. Menurutnya, multiplikasi membuat nilai perusahaan rintisan jadi jauh lebih tinggi dibandingkan dengan entitas yang sudah berada di level unikorn.

Seperti yang diketahui, model investasi modal ventura yakni dengan memberi manfaat kepada banyak perusahaan rintisan dengan modal yang dimiliki.

Sementara itu, dia melanjutkan unikorn dinilai sudah punya tingkat valuasi yang cukup tinggi sehingga sulit bagi modal ventura untuk mencapai multiple seperti ketika berinvestasi di tahap awal.

“Pertumbuhan unikorn di Indonesia memang lebih membutuhkan waktu karena pendapatan per user di setiap negara berbeda sehingga spending dan capital size masyarakat juga turut menjadi alasan kecepatan pertumbuhan unikorn,” jelasnya.

Reporter : Akbar Evandio

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.