Surplus Listrik Pulau Timor, NTT Siap Sambut Investor

Sejak beberapa tahun terakhir, PLN terus berupaya meningkatkan pasokan listrik di Tanah Air, tak terkecuali di Pulau Timor.

Ibeth Nurbaiti

28 Sep 2022 - 17.30
A-
A+
Surplus Listrik Pulau Timor, NTT Siap Sambut Investor

Manager PLN Unit Pelaksana Pembangkitan Timor, Aris Kurniawan meninjau sistem kelistrikan di Gardu Induk Maulafa, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur./Dok. PLN

Bisnis, JAKARTA — Kian andalnya sistem kelistrikan di Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur (NTT) diyakini menjadi daya tarik baru untuk menarik investor. Pulau yang terletak di bagian selatan Nusantara ini siap menyambut masuknya investasi.

General Manger PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Unit Induk Wilayah NTT Agustinus Jatmiko dalam keterangannya menyebutkan bahwa saat ini kondisi kelistrikan di Provinsi NTT khususnya di Pulau Timor mengalami kelebihan cadangan daya listrik (surplus) sebesar 30 persen yang disiapkan untuk mendukung kehadiran investasi.

Baca juga: Kerja Keras PLN Menerangi Desa Terpencil di NTT

“Kondisi daya mampu di Pulau Timor saat ini sebesar 148 megawatt [MW], sementara beban puncak 105 MW sehingga masih surplus 43 MW untuk mendukung investasi,” kata Jatmiko, dikutip Rabu (28/9/2022).

Sejak beberapa tahun terakhir, perusahaan setrum pelat merah itu terus berupaya meningkatkan pasokan listrik di Tanah Air, tak terkecuali di Pulau Timor.

Baca juga: PLN Batalkan Program Konversi Kompor LPG 3 Kg ke Kompor Listrik

Pada 2020, misalnya, PLN berhasil mengoperasikan empat infrastruktur kelistrikan baru untuk memperkuat sistem kelistrikan Timor, yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) Kupang Peaker berkapasitas 40 MW, Gardu Induk (GI) Kupang Peaker/Panaf dan GI Bolok masing-masing berkapasitas 30 Mega volt Ampere (MVA) dan 60 Megavolt Ampere (MVA), serta Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV GI Panaf – GI Bolok sepanjang 33 kilometer sirkuit (kms) yang menjadi jaringan trasmisi 150 kV pertama di Pulau Timor.

Pembangunan PLTMG Kupang Peaker, GI Panaf, GI Bolok, dan SUTT 150 kV Panaf – Bolok dilakukan secara paralel. PLTMG Kupang Peaker, GI Panaf dan GI Bolok dibangun sejak Agustus 2017 sementara SUTT Panaf – Bolok dibangun sejak tahun 2018. Sebelum menggunakan SUTT 150 kV, penyaluran daya listrik di sistem kelistrikan Timor dilakukan menggunakan jalur transmisi 70 kV dan jaringan distribusi 20 kV.

Secara keseluruhan, Jatmiko menjelaskan bahwa cadangan daya di Provinsi NTT berasal dari tiga sistem interkoneksi, yakni Pulau Timor sebesar 43 MW, Pulau Flores 21 MW, dan Pulau Sumba 8 MW dari rencana tambahan mesin dan sewa. Sementara itu, pulau- pulau lainnya sebesar 20 MW.

Baca juga: Ironi di Negeri Kaya Sumber Energi, Surplus Gas tetapi Impor

Saat ini, PLN telah memasok listrik kepada 1 juta pelanggan yang berada di provinsi berbasiskan kepulauan tersebut. PLN juga memasok listrik untuk sebanyak 34.604 pelanggan bisnis dan 311 pelanggan industri dengan total daya 228,52 mega volt ampere (MVA).

“Kondisi kelebihan daya yang dimiliki saat ini, sudah siap mendukung kebutuhan listrik yang nantinya dibutuhkan para pelaku usaha yang ingin berinvestasi,” tuturnya.

Baca juga: Dilema PLN Menyetop PLTU Batu Bara demi Transisi Energi

Sejalan dengan itu, PLN terus membangun komunikasi dan sinergi bersama para pengusaha untuk berinvestasi dengan dukungan kesiapan listrik yang ada.

Jatmiko berharap agar dengan kondisi kelebihan daya yang ada, pemerintah daerah setempat juga secara intens menarik kehadiran investasi di berbagai bidang sehingga perekonomian bisa tumbuh lebih cepat.

Petugas PLN melakukan pemeriksaan rutin di sistem transmisi dan gardu induk Kupang, Kamis (22/9/2022). Dok. PLN 


PENGGUNAAN BIOMASSA

Di samping itu, PLN juga berkomitmen untuk meningkatkan penggunaan energi baru terbarukan (EBT) dalam penyediaan listrik, seperti yang dilakukan di PLTU Bolok dengan menggunakan 5 persen biomassa yang berasal dari woodchips (cacahan kayu) yang dicampurkan sebagai bahan bakar pembangkit.

Bahan baku biomassa tersebut berasal dari olahan sampah, ranting pohon, daun, sekam padi, serbuk gergaji dan rumput yang diproses menggunakan metode biodrying, untuk kemudian diolah menjadi menjadi cacahan kayu.

Pelaksanaan co-firing ini sudah dilaksanakan sejak Juli 2021, dan hingga saat ini telah menghasilkan 413 MWh yang berasal dari bahan baku biomassa. “Dengan produksi tersebut, PLTU Bolok berhasil mereduksi sekitar 686 ton CO2 dari pengurangan penggunaan batu bara,” kata Aris Kurniawan, Manager PLN Unit Pelaksana Pembangkitan Timor.

Baca juga: Syarat Jokowi untuk Proyek PLTU Batu Bara yang Boleh Dilanjutkan

Selain dapat berkontribusi untuk mengejar target bauran EBT 23 persen pada 2030, pelaksanaan co-firing ini sekaligus dapat memberdayakan masyarakat, khususnya untuk memproduksi bahan bakar biomassa.

Dengan pemanfaatan biomassa ini diharapkan terjalin partisipasi aktif masyarakat untuk memanfaatkan lahan tidur guna penanaman pohon yang bernilai ekonomis menjadi kawasan hutan energi. Dengan terbentuknya hutan tersebut maka akan bermanfaat juga untuk melaksanakan sistem pemaduan ternak dengan peternakan terbuka. 

Seorang petugas PLN menunjukkan bubuk serbuk kayu yang bisa dijadikan sebagai campuran bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). ANTARA/HO-PLN


Tidak terbatas pada hal tersebut, kebutuhan layanan transportasi dari sumber menuju lokasi PLTU serta pengembangan mesin pencacah juga akan terus berputar menggerakkan roda perkenomian masyarakat NTT.

Ke depannya, PLTU Bolok akan terus dikembangkan untuk co-firing hingga nantinya menjadi PLTU tipe CFB pertama berbahan bakar 100 persen biomassa, yang bekerja sama dengan civitas akademik Undana dan pengusaha lokal di NTT.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Ibeth Nurbaiti

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.