Kabar IPO Blibli.com, Refleksi Kejenuhan Investasi Lokapasar

IPO saat ini berperan sebagai jalan lain yang ditempuh pelaku startup lantaran vertikal dagang-el sudah jenuh untuk disuntikkan modal melalui skema round investment. Lantas, apa dampak yang perlu diwaspadai?

26 Agt 2021 - 18.43
A-
A+
Kabar IPO Blibli.com, Refleksi Kejenuhan Investasi Lokapasar

Bisnis, JAKARTA — Kabar Blibli.com menambah daftar dedengkot dagang-el yang terpincut melantai di bursa membawa sinyal perubahan masif terhadap konstelasi industri rintisan di Tanah Air. Sebab, ke depan, variasi vertikal dalam ekosistem startup nasional berisiko kian monoton.

Blibli.com—yang disokong oleh kelompok usaha konglomerat Djarum Group—dikabarkan sudah memilih penasihat untuk memuluskan rencana penawaran publik perdana atau initial public offering (IPO) di Jakarta pada Januari 2022.

Menurut sumber Bloomberg, seperti dikutip Bisnis.com, platform lokapasar (marketplace) bernuansa biru itu disebut akan mengambil langkah IPO dengan menggandeng Credit Suisse Group AG dan Morgan Stanley.

Jika rumor tersebut benar, Blibli.com praktis akan bergabung dengan kompetitornya PT Bukalapak.com Tbk. di pasar efek domestik.

Pionir emiten teknologi berkode saham BUKA itu menghimpun US$1,5 miliar pada Juli 2021 di bursa efek, memecahkan rekor penawaran PT Adaro Energy sebesar US$1,3 miliar pada 2008.

Tidak hanya Blibli.com, penggawa dagang-el yang juga santer dikabarkan berencana IPO adalah GoTo—entitas merger Gojek dan Tokopedia—yang ditaksir memiliki valuasi US$18 miliar alias terbesar di antara perusahaan teknologi lokal.  

Konsumen menggunakan aplikasi lokapasar Blibli.com/dok. Blibli.com

Melihat fenomena tersebut, Guru Besar Universitas Trisakti Muhammad Zilal Hamzah memproyeksikan iklim persaingan startup bakal makin ketat dengan potensi pemain baru hanya akan mencoba masuk di vertikal yang sama, yaitu dagang-el.

“Hingga saat ini regulasi [di Indonesia] yang masih tidak begitu rigid di sektor ini [dagang-el], akan memudahkan pemain baru untuk masuk,” tuturnya, Kamis (26/8/2021).

Walhasil, variasi sektor-sektor potensial lainnya seperti agritech, edutech, dan data yang semestinya perlu diramaikan oleh pemain baru justru kian sulit ditelurkan.

Sebab, sebut Zilal, semua pemain baru akan melihat bahwa dagang-el adalah ceruk bisnis yang menjanjikan lantaran becermin dari banyaknya raksasa sektor ini yang berniat menjadi perusahaan terbuka.

Bagaimanapun, dia tetap menilai pasar dagang-el di Tanah Air justru akan makin bergairah dengan banyaknya pemain lokapasar yang berani memutuskan IPO.

Dia pun menilai rencana IPO Blibli.com sudah tepat, sebelum lebih banyak pemain dagang-el yang terjun ke lantai bursa.

“Jangan sampai masa IPO nya bersamaan dengan IPO perusahaan sejenis di bursa yang lain,” katanya.

Sementara itu, saat dimintai konfirmasi oleh Bisnis, VP Public Relations Blibli.com Yolanda Nainggolan menolak berkomentar mengenai rumor IPO pada awal tahun depan.

“Kami tidak dapat mengomentari rumor dan spekulasi yang beredar,” tegasnya, Kamis (26/8/2021).

Dia hanya menjelaskan, sebagai perusahaan dagang-el yang telah beroperasi selama 10 tahun, Blibli.com diperkuat dengan ekosistem teknologi dan bisnis menyeluruh yang mencakup B2C, B2B, B2B2C, dan B2G.

“Blibli.com sangat terbuka dengan opsi terbaik yang dapat mempercepat pengembangan ekosistem dalam memberikan solusi inovasi kepada pelanggan kami,” kata Yolanda.  

Bagi perusahaan, lanjutnya, strategi yang terpenting saat ini adalah proses yang berkelanjutan agar perusahaan tidak hanya dapat bertahan, tetapi juga terus berkembang dan memberikan dampak positif bagi pelanggan, mitra bisnis dan Indonesia. 

“Untuk itu, hingga kini, kami masih beroperasi dengan model pendanaan yang ada,” ujarnya.  

MAKIN SEHAT

Adapun, persaingan antarplatform dagang-el turut diramalkan makin semarak pada tahun depan apabila Blibli.com benar-benar melakukan IPO pada 2022.

Bendahara Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) Edward Ismawan Chamdani mengatakan tren ke arah digital oleh perusahaan berbasis teknologi memang tengah terjadi di Amerika Serikat (AS) dan negara-negara maju lainnya.

Hal itu dibuktikan dengan nilai kapitalisasi saham perusahaan teknologi yang sudah banyak melampaui perusahaan konvensional, bahkan di bidang industri yang sama.

Alhasil, aksi korporasi ini merupakan pembuktian bahwa Indonesia memang memiliki ekosistem startup—khususnya di bidang dagang-el—yang progresif.

Bahkan, Bank Indonesia (BI) memperkirakan hingga akhir 2021 transaksi dagang-el dapat mengantongi pertumbuhan tahunan hingg 48,4% sepanjang 2021 menjadi Rp395 triliun.

Edward melanjutkan persaingan startup dagang-el bakal juga bakal menjadi lebih sehat karena masing-masing pemain membuktikan bahwa ceruk pasar memiliki tipe konsumen yang berbeda.

“Selanjutnya, ekosistem industri akan makin sehat dan meningkat sejalan dengan makin baiknya ekosistem investasi dan startup, sehingga masyarakat akan makin mempunyai pilihan dan lebih dimanja dari sisi pelayanan yang makin baik karena kompetisi tersebut.”

Sementara itu, Ketua Umum Indonesian Digital Empowering Community (IDIEC) M Tesar Sandikapura mengatakan IPO saat ini berperan sebagai jalan lain yang ditempuh pelaku startup lantaran vertikal dagang-el sudah jenuh untuk disuntikkan modal melalui skema round investment.

“Aksi ini hanya untuk cara exit investor lama saja, karena sektor ini sudah jenuh untuk mendapat pendanaan. Harus cari sumber lain,” katanya.

Dia melanjutkan, setelah melantai di bursa, tantangan pertama yang akan dihadapi oleh Blibli.com adalah membangun kepercayaan bagi investor baru karena masih pesimistis usai melihat performa Bukalapak.

“Masyarakat awam pun dikhawatirkan tidak peduli dengan IPO e-commerce. Pengguna hanya akan mengerucut ke pemain yang bisa memberikan harga murah dan diskon saja,” katanya.

PERSIAPAN MATANG

Pada perkembangan lain, pemodal ventura, MDI Ventures, berharap Blibli.com melakukan persiapan secara matang jika memang berencana melakukan IPO pada Januari 2022.

Vice President of Investments MDI Ventures Aldi Adrian Hartanto mengatakan perusahaan menyambut baik inisiatif dari perusahaan yang ingin meramaikan tren IPO startup karena dapat makin membuka peluang bagi entitas rintisan lain untuk mengambil strategi serupa.

“Namun, memang [Blibli.com] perlu persiapan yang lebih matang dalam meramu strategi dan narasi yang akan disampaikan ke publik nantinya. Perlu belajar dari BUKA [Bukalapak] yang sudah lebih dahulu melantai [di bursa efek],” katanya.

Lebih lanjut, dia menyebutkan persiapan yang matang juga perlu digencarkan Blibli.com, mengingat persaingan ranah dagang-el diramalkan makin ketat dan tiap platform cenderung membutuhkan dana besar untuk bersaing dengan kompetitor lainnya.

“Kebanyakan pemain tidak berharap margin yang besar. Apalagi untuk barang elektronik, tetapi lebih mengejar relevansi ke user. Untuk itu, e-commerce ke depan akan mencoba mengambil keuntungan kategori SKU [stock keeping unit] lain agar tetap bisa memanjakan konsumennya.”

Aldi juga berharap ke depannya makin banyak masyarakat yang berpartisipasi sebagai investor ritel ke bursa mengingat Bursa Efek Indonesia (BEI) makin relevan dengan memiliki emiten yang populer di kalangan milenial, seperti startup dagang-el.

Setali tiga uang, Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi menyebut rencana IPO Blibli.com adalah keputusan tepat agar perusahaan bisa bersaing dengan kompetitor dan mendapatkan perhatian masyarakat.

“IPO merupakan keniscayaan, dan satu per satu penyedia layanan e-commerce, startup lain bahkan yang sudah unikorn atau dekakorn memang sudah saatnya untuk itu [IPO]. Kalau tidak, mereka sulit bersaing ke depannya sebab keinginan masyarakat makin kompleks,” tuturnya.

Heru mengestimasikan aksi IPO akan banyak diadopsi oleh perusahaan dagang-el mulai tahun ini hingga akhir 2022, baik di dalam maupun luar negeri.

Memang, kata Heru, saham platform dagang-el cenderung sulit dihitung dari sisi valuasi dan memiliki risikonya cukup besar lantaran menawarkan mahadata yang sulit dilihat sisi keuntungannya.

Akan tetapi, saham yang bergerak di bisnis ini punya keunggulan sisi brand equity sehingga menjadi tepat untuk menghimpun dana dari skema tersebut.

“Masing-masing pemain sekarang menunggu waktu yang tepat IPO untuk mendapat banyak investasi publik. Termasuk BliBli.com dan GoTo,” ujarnya.

Reporter : Akbar Evandio

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.