Memacu Ekspor Indonesia via Dagang-el

Selain untuk memacu ekspor nonmigas, kekuatan ekonomi digital Indonesia dapat dimanfaatkan pula oleh raksasa dagang-el di dalam negeri untuk memperlebar jangkauan ekspansi bisnis di kawasan Asia Tenggara.

Wike D. Herlinda

12 Apr 2022 - 14.00
A-
A+
Memacu Ekspor Indonesia via Dagang-el

Pandemi Covid/19 berhasil mempercepat transformasi bisnis serta aktivitas jual beli dari tradisional menjadi daring atau online lewat prinsip digitalisasi. / Antara

Bisnis, JAKARTA — Kinerja ekonomi digital yang kian bertaji makin membuat Indonesia percaya diri menggenjot ekspor melalui kanal dagang-el. Dalam hal ini, pemerintah bahkan menyediakan pelayanan terpadu satu pintu khusus untuk mendorong aktivitas tersebut. 

Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga mengatakan pelayanan satu pintu atau one-stop service fasilitasi ekspor nonmigas bernama InaExport tersebut ditujukan untuk memacu keikutsertaan eksportir dalam platform dagang-el (e-commerce). 

“InaExport menawarkan keuntungan, tidak hanya membantu penjualan tetapi juga pengembangan usaha kecil dan menengah [UKM] untuk siap menghadapi pasar global,” kata Jerry, Selasa (12/4/2022). 

(BACA JUGA: Akankah Blibli & Tiket.com Mengekor Preseden Sukses GoTo?)

Dia menjelaskan para eksportir berpeluang besar untuk terdaftar dan ditemukan dengan mudah oleh pembeli potensial di seluruh dunia. 

Selain itu, keuntungan pembeli yaitu kemudahan untuk mengakses katalog produk dari pemasok Indonesia yang terverifikasi, mengirim inkuiri atau permintaan pembelian hanya dengan satu klik. 

“Bersama dengan seluruh perwakilan perdagangan di luar negeri dan jaringan buyer, InaExport bertujuan mendukung kesinambungan bagi pertumbuhan bisnis dalam keadaan yang nyaman bagi kedua belah pihak,” kata dia. 

Berdasarkan catatan Kemendag, sebanyak 11.650 pemasok sudah terverifikasi hingga Senin (11/4/2022). 

Selain itu, 6.121 produksi, 534 informasi pasar, 27 kegiatan dan 48 perwakilan internasional telah tercatat dalam sistem InaExport. Angka itu diproyeksikan bakal terus bertambah. 

Dia menambahkan fase kebiasaan baru atau new normal bakal menjadi momentum yang mengakselerasi ekonomi digital di Indonesia dengan potensi pasar yang relatif besar.

Konsumen digital meningkat dari sebelum pandemi 69,5 persen menjadi 79,7 persen pada 2021. Penjual digital juga makin akrab dengan perkembangan teknologi.

“Kontribusi ekonomi digital pada 2021 mencapai Rp632 triliun atau 4 persen dari pendapatan domestik bruto Indonesia. Meski angkanya relatif kecil, pertumbuhan sangat cepat,” tuturnya.


BERSAING DI ASEAN

Selain untuk memacu ekspor nonmigas, kekuatan ekonomi digital Indonesia dapat dimanfaatkan pula oleh raksasa dagang-el di dalam negeri untuk memperlebar jangkauan ekspansi bisnis di kawasan Asia Tenggara. 

Peneliti ekonomi digital Institut for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda menyebut,  raksasa dagang-el seperti GoTo ingin ekspansi ke luar negeri dengan harapan bisa bersaing dengan SEA Group untuk pangsa pasar di Asean.

Menurutnya, dana yang terkumpul dari initial public offering (IPO) GoTo bisa digunakan untuk bersaing dengan Shopee di bidang dagang-el dan Grab di bidang ride hailing di pasar Asia Tenggara. 

Kesempatan tersebut masih terbuka lebar mengingat grup GoTo menjadi yang paling besar di Indonesia menurut nilai valuasi.

Sementara itu, Huda mengatakan, dari sisi kinerja Tokopedia masih bisa bersaing dengan Shopee. Begitupula dengan Gojek yang masih bisa menjadi pesaing ketat dari Grab.

Di sisi lain Bendahara Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) Edward Ismawan Chamdani menyebut, GoTo memiliki ekosistem yang cukup lengkap mulai dari ride hailing, last-mile delivery, pesan antar makanan, dan berbagai layanan lain.

Menurut saya, kunci keberhasilan ke depan adalah meningkatkan awareness, engagement, conversion dan loyalitas pengguna," ujarnya.

Menurut Edward, dengan pasar dan populasi Indonesia yang cukup besar seharusnya dominasi GoTo masih bisa ditingkatkan dengan layanan serta pengembangan produk yang makin baik.

Adapun, dari sisi penerimaan investor terutama investor publik dan bursa secara keseluruhan, sampai saat ini terlihat strategi greenshoes masih mampu menahan harga GoTo di level yang baik.

Sebagai informasi, PT GoTo Gojek Tokopedia TbkPada Senin (11/4/2022) resmi menjadi perusahaan tercatat, yang sahamnya diperdagangkan di Papan Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode saham GOTO.

Dari keseluruhan proses IPO, GoTo mengumpulkan total dana sebesar Rp15,8 triliun (US$1,1 miliar), terdiri dari penghimpunan dana sebesar Rp13,7 triliun (US$954,7 juta) dari penawaran umum saham melalui IPO, serta menghimpun dana sebesar Rp 2,1 triliun (US$146,3 juta) melalui penjualan saham treasuri dalam rangka opsi penjatahan lebih (greenshoes). 

Penghimpunan dana tersebut mencerminkan kapitalisasi pasar sebesar Rp400,3 triliun (USD28 miliar). Berdasarkan jumlah dana yang dihimpun, IPO GoTo merupakan IPO terbesar ketiga di Asia dan kelima di dunia untuk tahun 2022.

IPO GoTo juga menarik partisipasi sekitar 300.000 investor dalam proses penawaran umum saham, yang merupakan rekor partisipasi tertinggi investor pada proses IPO dalam sejarah pasar modal Indonesia. (Nyoman Ary Wahyudi/Thovan Sugandi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Wike Dita Herlinda

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.