Didominasi Bisnis Kopi, Startup Mamin Sulit Lahirkan Unikorn

Bisnis startup  sektor mamin sangat dipengaruhi oleh tren kuliner yang berkembang di kalangan masyarakat. Belum banyak pemodal yang melirik pendanaan ke sektor ini.

Redaksi

28 Nov 2021 - 14.09
A-
A+
Didominasi Bisnis Kopi, Startup Mamin Sulit Lahirkan Unikorn

Aplikasi Kopi Kenangan./Kopikenangan.com

Bisnis, JAKARTA — Perusahaan rintisan atau startup di Indonesia dari sektor makanan dan minuman dinilai belum siap untuk melahirkan entitas unikorn dalam waktu dekat.

Peneliti ekonomi digital Institut for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda menyebut startup makanan dan minuman (mamin) di Indonesia saat ini didominasi oleh penyedia minuman, terutama kopi. 

"[Startup] mamin lain penggunaan teknologinya ikut dalam ekosistem platform lain seperti Gofood atau Grabfood. Kalau kopi seperti Kopi Kenangan kan ada tuh teknologinya sendiri yang menjadikan mereka seperti perusahaan digital penyedia kopi," ujarnya, baru-baru ini.

(BACA JUGA: Layanan Pesan Antar Makanan, Siapa yang Paling Unggul?)

Menurut Huda, bisnis startup  sektor mamin sangat dipengaruhi oleh tren kuliner yang berkembang di kalangan masyarakat. Jenis makanan dan minuman yang sedang digemari publik berpengaruh pada pendanaan startup.

Huda mengatakan Kopi Kenangan mendapat pendanaan lebih cepat dari pesaingnya karena berani mengeluarkan banyak modal di awal serta didukung tren mengopi. 

(BACA JUGA: Mencermati Geliat Cloud Kitchen, Tambang Uang Raksasa Superapp)

"Biasanya startup makanan mendapat investasi karena memiliki kedekatan dengan pemodal juga. Susah bagi startup makanan kecil yang tidak tren dan tidak dekat dengan pemodal bisa mendapatkan pendanaan selain dari perbankan," ucapnya.

Dia berpandangan tantangan itu disebabkan karena startup makanan dinilai memiliki risiko tinggi. Setiap orang mudah masuk dan memulai bisnis di sektor makanan, tetapi juga mudah gulung tikar. 

Huda mengatakan tingginya risiko membuat investor enggan mengelontorkan investasi dengan jumlah besar. Selain itu, startup makanan dinilai masih sulit mencapai status unikorn dalam waktu dekat. 

Gerai drive-through Fore Coffee/Fore Coffee

Bendahara Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (AMVESINDO) Edward Ismawan Chamdani menyebut, dalam 1—3 tahun ke depan, startup makanan dan minuman dinilai masih sulit mencapai status unikorn.

"Sulit karena market size yang belum mendukung," ujarnya.

Edward mengatakan ke depan memang akan terjadi persaingan antarpelaku startup makanan maupun bisnis makanan konvensional. Namun, masing-masing pemain menawarkan pendekatan yang berbeda, yaitu pelayanan yang tidak terbatas ruang dan waktu. 

Menurut Edward, startup makanan tidak boleh hanya fokus di kota-kota besar tingkat 1. Para startup harus bisa masuk ke kota di tingkat 2, 3, bahkan 4 untuk dapat melebarkan pasar serta menggaet investor mengucurkan dananya.

HANYA STATUS

Di sisi lain, para pemain startup makanan dan minuman menganggap unicorn hanya sebagai status yang tidak perlu dijadikan target utama bisnisnya.

Co-CEO Fore Coffee Vico Lomar menyebut seharusnya tujuan utama para startup adalah melantai di pasar modal melalui penawaran publik perdana atau initial public offering (IPO), termasuk startup makanan dan minuman. 

Vico mengatakan saat ini Fore masih dalam pendanaan Seri A.

"Terkait dengan pendanaan, untuk saat ini kami tidak butuh, tetapi ke depan tentu ada karena untuk ekspansi," ujarnya saat dihubungi Bisnis

Menurut Vico, Fore Coffee masih fokus untuk menambah jumlah gerai di kota-kota seluruh Indonesia. Saat ini Fore memiliki 36 gerai di 8 kota besar. Pada akhir 2021 Fore berencana menambah 5 outlet lagi di beberapa kota.

Menyikapi persaingan di bisnis makanan dan minuman, Fore terus berusaha merambah kota-kota tingkat 2 dan 3. Selain itu Fore juga akan fokus pada makanan serta minuman sehat.

"Kami terus kembangkan menu dengan bahan dasar tanaman dan menyempurnakan layanan pesan antar. Selain itu sekarang kami juga siapkan menu makanan, tidak hanya kopi," ucapnya.

Terkait dengan kolaborasi dengan startup lain, menurut Vico, saat ini Fore sedang merintis kolaborasi dengan Ruangguru untuk membangun pusat pelatihan berbasis teknologi.

Sementara itu, CEO and Co-Founder Kopi Kenangan Edward Tirtanata menyebut perusahaannya tidak ingin berkomentar terkait dengan rumor rencana pendanaan seri C dan status unikorn yang akan didapat. 

"Menurut saya, unikorn hanya status, kami fokus ke bisnis berkelanjutan. Target kami 2000 outlet pada 2026," ujarnya.

Untuk diketahui, pada 2020 Kopi Kenangan memperoleh pendanaan sebesar US$109 juta. Dana tersebut digunakan untuk ekspansi ke berbagai kota tingkat 1—3 di seluruh Indonesia. (Thovan Sugandi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Wike D. Herlinda

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.