Merah Putih Fund, Gimik Pemerintah demi Ambisi Jorjoran Unikorn?

Berbagai pakar ekonomi digital menilai program Merah Putih Fund yang akan diluncurkan medio Desember 2021 akan berujung sia-sia. Berkaca dari program pengembangan startup yang telah ada, pemerintah belum pernah benar-benar sukses menggairahkan ekosistem startup nasional.

Redaksi

28 Nov 2021 - 19.06
A-
A+
Merah Putih Fund, Gimik Pemerintah demi Ambisi Jorjoran Unikorn?

Ilustrasi startup lokal/Istimewa

Bisnis, JAKARTA — Rencana pembentukan Merah Putih Fund yang disokong perusahaan modal ventura milik BUMN dikhawatirkan hanya berakhir menjadi gimik, sekadar untuk mengejar ambisi pemerintah agar Indonesia menelurkan lebih banyak entitas unikorn.

Peneliti ekonomi digital Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda bahkan menyebut Merah Putih Fund sebagai program yang cenderung sia-sia. 

"Para [perusahaan] modal ventura swasta juga lebih banyak dan mumpuni untuk memilih startup [perusahaan rintisan] yang berpotensi," ujarnya saat dihubungi, baru-baru ini.

(BACA JUGA: Didominasi Bisnis Kopi, Startup Mamin Sulit Lahirkan Unikorn)

Menurut Huda, perusahaan modal ventura swasta justru mengutamakan keuntungan dari nilai valuasi perusahaan rintisan sehingga mereka lebih piawai dalam hal menentukan potensi startup

Huda mengkhawatirkan penyaluran pendanaan startup melalui Merah Putih Fund justru berisiko salah sasaran. Selain itu, program tersebut akan mudah dimanfaatkan oleh para pemburu renten.

Program pendampingan startup, Huda melanjutkan, selama ini telah banyak dilakukan oleh berbagai instansi termasuk perguruan tinggi. Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika juga sudah memiliki program serupa dengan program 1 Juta Startup.

Dari beberapa program nasional yang telah berjalan, menurutnya, tingkat keberhasilannya rata-rata tidak sampai 3 persen. Adapun, startup lulusan program-program tersebut cenderung memiliki kontribusi ekonomi minimalis.

Alih-alih membentuk Merah Putih Fund, pemerintah disarankan fokus mendukung program pendanaan yang sudah dilakukan oleh modal ventura milik perusahaan pelat merah.

Huda berpendapat modal ventura swasta yang berasal dari Indonesia seharusnya juga mampu memfasilitasi inkubator startup lokal dengan transfer jaringan, teknologi, dan dana.

(BACA JUGA: 2022 Tahunnya Hujan IPO Startup, Sektor Apa Tercuan?)

Kemudian, dibuat program khusus untuk menghubungkan mereka dengan ekosistem modal ventura atau investor yang lebih besar.

Dengan adanya Merah Putih Fund, Huda meramalkan ke depan justru akan muncul persepsi adanya ‘startup pemerintah’ dan ‘startup swasta’ yang berdampak pada perbedaan layanan. Misalnya, layanan yang berkaitan dengan perizinan dan regulasi.

"Jadi jika masih sama sistemnya ya akan sia-sia. Program inkubator jadi program gimik dari pemerintah seakan pro-startup lokal. Nah kalau seumpamanya jadi unikorn, tetapi efek ke ekonomi sedikit ya percuma, hanya memperkaya pendirinya saja" ucapnya.

HARUS SERIUS

Di sisi lain, program Merah Putih Fund dinilai serupa dengan program-program yang telah ada sebelumnya dan akan mengulangi kegagalan yang sama jika tidak direalisasi dengan serius.

Ketua Umum Indonesian Digital Empowering Community (Idiec) M. Tesar Sandikapura menyebut program Merah Putih Fund sebagai sesuatu yang tidak berkelanjutan. 

"Di sisi lain pemerintah sudah memiliki 3 modal ventura di 3 BUMN yaitu MDI, BRI Capital, dan Mandiri Ventures. Mereka punya program serupa," ujarnya.

Menurut Tesar, jika pemerintah meluncurkan program tersebut, sebaiknya tiga modal ventura milik BUMN tersebut dilebur menjadi satu agar lebih efektif menjalankan program pendanaan maupun pendampingan perintis lokal.

Program yang mengutamakan startup lokal tersebut, lanjutnya, justru bertolak belakang dengan langkah yang diambil oleh sejumlah modal ventura milik BUMN. 

Tesar mengatakan para modal ventura besutan BUMN tersebut juga mengucurkan dana di sejumlah startup luar negeri. "Kalau memang Merah Putih ya sejak awal fokus investasi di lokal," ucapnya.

Selain itu, dia melanjutkan, program Merah Putih Fund harus memiliki perencanaan dan target sektor startup yang jelas. Misalnya, dengan memilih untuk fokus pada pendanaan startup teknologi finansial (tekfin) pada tahap awal program, lalu dilanjutkan dengan sektor lain. 

Tesar menyebut pemerintah harus serius dalam realisasi program dan tidak hanya mengumbar wacana startup lokal.

"Program yang ada harus dirapikan biar tidak tumpang tindih dengan program baru. Sumber pendanaannya juga harus jelas. Realisasi serius, jangan niat doang," ucapnya.

Tesar menyebut startup LinkAja adalah contoh dari kegagalan program startup BUMN. LinkAja merupakan hasil gabungan dari layanan beberapa bank BUMN untuk menyaingi dompet digital (Ovo dan Gopay), tetapi saat ini modal ventura BUMN justru investasi ke Gojek dan Grab. 

Pada perkembangan lain, program Merah Putih Fund oleh kalangan modal ventura dianggap sebagai salah satu langkah yang ditunggu-tunggu. Keberadaannya diperkirakan mampu memicu geliat investasi pada startup lokal.

Bendahara Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) Edward Ismawan Chamdani menyebut efektivitas program Merah Putih Fund sangat tergantung dengan tim dan metode kurasi, terutama pada tahap pemilihan perintis yang akan didanai. 

"Sementara itu, untuk investasi di fase menuju unikorn akan jauh lebih aman. Sebenarnya, investasi di startup dan unikorn lokal sudah terjadi," ujarnya.

Menurut Edward, modal ventura—baik lokal maupun luar negeri—sudah aktif sejak beberapa tahun yang lalu mengucurkan dananya di startup lokal.

Hal tersebut menurutnya terbukti dengan menguatnya sektor dagang-el dan tekfin yang sekaligus sektor-sektor paling getol mewacanakan masuk ke pasar modal.

Dalam kaitan itu, Edward berpendapat peran aktif pemerintah melalui BUMN harus dilihat sebagai langkah yang baik. Hal itu karena saat ini banyak modal ventura dari luar negeri yang mendukung dan menguasai pendanaan startup lokal, khususnya unikorn.

Untuk diketahui, pemerintah melibatkan beberapa BUMN dalam program Merah Putih Fund yang akan diluncurkan pertengahan Desember 2021. Modal Ventura milik BUMN ditunjuk sebagai pelaksana program yang bertujuan menciptakan lebih banyak unicorn lokal tersebut. 

CEO PT Metra Digital Investama (MDI Ventures) Donald Wihardja menyebut ada 5 BUMN yang terlibat dalam program Merah Putih Fund yaitu, Telkom, Telkomsel, Mandiri, BRI, dan BNI. MDI Ventures mewakili Telkom di Merah Putih Fund.

"Dari sisi grup sudah setuju secara prinsip untuk mendanai, tetapi detailnya masih diluruskan karena setiap grup punya SOP-nya masing masing. Rencananya akan launching Desember," ujarnya.

Donald mengatakan target umum program tersebut adalah untuk membantu startup asal indonesia yang siap menjadi unikorn. 

Menurutnya, MDI Ventures mengenal dengan baik startup-startup lokal yang memiliki potensi sehingga dapat meminimalisir risiko yang dapat terjadi dalam program pendanaan Merah Putih Fund.

Donald berharap Merah Putih Fund bisa menjadi ajang untuk memperluas struktur modal ventura lokal dan cerita sukses investasi di startup lokal.

Terkait dengan startup yang menjadi target program tersebut, Donald belum bisa mengungkapkannya ke publik karena masih dalam proses. 

"Ada target, tetapi saya tidak bisa utarakan sekarang terlebih dahulu. Namun, [startup yang akan didanai] yang pasti bukan early stage," ucapnya.

Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir menjelaskan Merah Putih Fund bertujuan untuk menyalurkan pendanaan, pendampingan dan penjamin (offtaker) untuk melahirkan lebih banyak unikorn di Indonesia. 

Erick menilai potensi lahirnya unikorn baru di Indonesia masih sangat besar.  Hanya saja selama ini, investasi yang masuk ke unikorn kebanyakan berasal dari asing, dan masyarakat Indonesia marah. 

“Kenapa kita marah? Kita sendiri tidak pernah mengintervensi kegiatan digital ini,” kata Erick. 

Dia mengatakan peluncuran Merah Putih Fund oleh pemerintah memiliki tiga hal yang saling terhubung (benang merah). Startup yang didanai nanti memiliki beberapa syarat yang harus dipenuhi. 

Pertamafounder berasal dari Indonesia. Kedua, perusahaannya beroperasi di Indonesia. “Ketigago public-nya harus di Indonesia,” kata Erick. (Thovan Sugandi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Wike D. Herlinda

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.