Rencana BBM Campur Metanol Mencuat, Erick Siapkan Bioetanol

Tak ingin ketinggalan jauh, PT Pertamina (Persero) mengungkapkan rencana mencampur BBM dengan metanol, yang bisa berasal dari batu bara, gas alam, hingga tebu. Dengan strategi tersebut diharapkan bisa memangkas impor bensin Indonesia.

Ibeth Nurbaiti

13 Feb 2023 - 20.00
A-
A+
Rencana BBM Campur Metanol Mencuat, Erick Siapkan Bioetanol

Depo PT Pertamina terlihat dari udara di Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (3/12/2020). PT Pertamina (Persero) terus berupaya melakukan berbagai strategi untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor gasolin atau bensin. Bisnis/Paulus Tandi Bone

Bisnis, JAKARTA — Masih tingginya ketergantungan Indonesia terhadap impor gasolin atau bensin telah memunculkan kekhawatiran, terlebih tren konsumsi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi terus meningkat dari waktu ke waktu.

Di sisi lain, sejumlah negara seperti Australia, Amerika Serikat, Thailand, dan juga Filipina telah berhasil mengembangkan bahan bakar nabati sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil.

Baca juga: Investasi Jumbo Pertamina Dongkrak Produksi Migas

Tak ingin ketinggalan jauh, PT Pertamina (Persero) mengungkapkan rencana mencampur BBM dengan metanol, yang bisa berasal dari batu bara, gas alam, hingga tebu. Dengan strategi tersebut diharapkan bisa memangkas impor bensin Indonesia.

“Kami akan memulai program gasolin dicampur metanol, nanti bisa dari batu bara, gas alam, atau tebu dan juga jagung,” kata Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati, baru-baru ini.

Baca juga: Menyoal Daya Dukung Pemerintah untuk CCS/CCUS di Industri Migas 

Sebagai gambaran, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat impor minyak mentah Indonesia sepanjang 2021 mencapai 286,03 ribu barel minyak per hari (Mbopd). 

Adapun, total produksi bahan bakar minyak (BBM) kilang dalam negeri pada 2021 tercatat mencapai 808,89 Mbopd. Total produksi ini tak cukup untuk memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri sehingga pemerintah mesti melakukan impor BBM jenis gasolin dan gasoil masing-masing mencapai 321,59 Mbopd dan 55,34 Mbopd.

Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai impor BBM Indonesia dari Singapura dan Malaysia mencapai masing-masing US$6,37 miliar dan US$3,41 miliar sepanjang Januari hingga Juli 2022. Secara keseluruhan nilai impor BBM dari dua negara tetangga itu menyentuh Rp145,47 triliun dengan kurs Rp14.875.

Angka itu menjadi catatan impor hasil minyak tertinggi dari keseluruhan pembelian selama satu semester terakhir di 2022 yang mencapai US$14,3 miliar.

Baca juga: Daftar Alokasi Biodiesel B35, Pertamina Menguasai Pasokan 2023

Menurut Nicke, strategi pencampuran BBM dengan metanol sekaligus juga bisa mendukung kemandirian energi nasional. “Campuran metanol ini akan kami mulai dengan 20 persen, sehingga 20 persen impor bensin bisa kita kurangi,” tuturnya.

Dalam perkembangan lain, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir tengah bersiap meluncurkan stasiun pengisian bensin bioetanol. Dalam kurun waktu 3—4 bulan mendatang, pon bensin bioetanol iytu diharapkan sudah beroperasi.

Baca juga: Di Balik Impor Minyak Mentah RI, Ada KKKS Migas yang Pilih Ekspor

“Kita sudah mulai uji coba juga di PTPN untuk mulai produksi etanol yang nantinya stasiun pengisian bensinnya akan diluncurkan di Surabaya,” kata Erick dalam Rapat Kerja bersama Komisi VI DPR RI, Senin (13/2/2023).

Hanya saja, dia menjelaskan bahwa bioetanol sama seperti biodiesel B35 yang berasal dari tumbuh-tumbuhan memiliki proses logistik yang lebih kompleks dibandingkan dengan BBM dari minyak bumi.


“Jadi dia [bioetanol] tidak bisa terlalu jauh pompa bensin atau stasiun pengisiannya karena dapat membusuk. Ini yang kami coba, kenapa kita lakukan uji coba di Surabaya pada 3—4 bulan lagi,” kata Erick.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif sebelumnya mengatakan bahwa pemerintah tengah mendorong penghiliran batu bara untuk memproduksi metanol yang ditujukan mengurangi impor gasolin.

Baca juga: Menanti Genting Oil Kasuari Wujudkan Mimpi di Teluk Bintuni

“Produksi metanol untuk mensubtitusi atau blending dengan BBM jenis gasoline, serta bahan baku industri kimia,” ujar Arifin, belum lama ini. 

Adapun, pemerintah diketahui tengah mengembangkan bahan bakar A20, yakni campuran bensin dengan 15 persen metanol dan 5 persen etanol. A20 dikembangkan untuk subtitusi Premium (RON 88), Pertalite (RON 90), dan Pertamax (RON 92).  

Baca juga: Menguak Potensi Besar Migas di Ujung Timur Indonesia

Harus diakui, tren pengurangan emisi karbon membuat sejumlah negara memutar otak untuk mencari sumber energi yang lebih bersih di antaranya adalah pemanfaatan etanol sebagai sumber bahan bakar kendaraan.
Negara-negara seperti Australia, Amerika Serikat, dan Filipina telah mengembangkan etanol dalam jumlah besar sebagai alternatif bahan bakar fosil. Pemanfaatan etanol dalam energi baru dan terbarukan menjadi satu alternatif untuk pengurangan gas emisi karbon dari sektor transportasi. (Nyoman Ary Wahyudi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Ibeth Nurbaiti

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.