Bos Evergrande Diminta Gunakan Uang Pribadi untuk Bayar Utang

Otoritas China meminta pendiri Evergrande Hui Ka Yan alias Xu Jiayin untuk menggunakan kekayaan pribadinya untukj membayar utang perusahaan tersebut yang mencapai US$300 miliar. Kekayaan Hui sempat menyentuh US$40 miliar.

M. Syahran W. Lubis

27 Okt 2021 - 17.59
A-
A+
Bos Evergrande Diminta Gunakan Uang Pribadi untuk Bayar Utang

Hui Ka Yan alias Xu Jiayin, pendiri Evergrande. — Bloomberg

Bisnis, JAKARTA – Pihak berwenang China mengatakan kepada pendiri Evergrande Xu Jiayin, yang pernah menjadi orang terkaya di negara itu, untuk menggunakan kekayaan pribadinya untuk meringankan krisis utang perusahaan, menurut laporan media yang dikutip The Business Times pada Rabu (27/10/2021).

Krisis likuiditas di salah satu pengembang properti terbesar China itu memukul sentimen investor dan mengguncang pasar real estat negara itu serta memicu kekhawatiran kemungkinan penularan ekonomi yang lebih luas.

Pekan lalu kelompok itu secara tak terduga membayar bunga obligasi luar negeri tepat sebelum batas waktu Sabtu (23/10/2021), mencegah default dan memberikan penangguhan hukuman yang sangat mereka perlukan.

Evergrande juga melaporkan bahwa mereka telah melanjutkan pekerjaan pada lebih dari 10 proyek yang terhenti.

Tetapi Bloomberg melaporkan pada Selasa (26/10/2021) bahwa Beijing telah mendorong Xu—juga dikenal sebagai Hui Ka Yan dalam bahasa Kanton—agar merogoh koceknya sendiri untuk membantu melunasi sebagian utang perusahaan, mengutip orang-orang yang mengetahui masalah tersebut.

Laporan itu mengatakan arahan dari Beijing datang setelah perusahaannya melewatkan pembayaran bunga obligasi awal yang jatuh tempo pada 23 September.

Namun, kecil kemungkinan pengorbanan pribadi Xu akan berdampak besar pada kewajiban Evergrande lebih dari US$300 miliar, dengan Bloomberg melaporkan kekayaannya kurang dari US$8 miliar.

Xu, 63 tahun, pernah menjadi orang terkaya di China, bernilai lebih dari US$40 miliar beberapa tahun yang lalu, sebelum Evergrande mulai bermasalah.

Orang yang dikutip oleh Bloomberg juga mengatakan bahwa pemerintah daerah di seluruh China sedang memantau rekening bank pengembang untuk memastikan uang tunai perusahaan digunakan untuk menyelesaikan proyek perumahan yang belum selesai dan tidak dialihkan untuk membayar kreditur.

Tindakan keras terhadap sektor real estat China yang terlilit utang yang mendorong krisis uang tunai Evergrande juga memukul beberapa developer lainnya, dengan Fantasia dan Sinic termasuk di antara mereka yang gagal melakukan pembayaran utang.

Pada Rabu (26/10/2021), lembaga pemeringkat Fitch menurunkan peringkat lainnya, Modern Land, yang gagal melakukan pembayaran US$250 juta.

Regulator utama China juga mendesak perusahaan untuk memenuhi pembayaran obligasi luar negeri mereka dalam pernyataan pada Selasa.

Masalah Evergrande datang ketika Presiden China Xi Jinping meningkatkan retorika kampanye "kemakmuran bersama" yang dirancang untuk memperketat pengawasan terhadap raksasa swasta dalam negeri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Syahran Lubis

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.